"Kalau misalnya kita melihat kasus-kasus yang berawal dari internet, itu kan korbannya hampir sebagian besar adalah perempuan dan anak perempuan," kata Lenny dalam acara Indonesia Women in Cyber Security (IWCS) Annual Summit 2022, yang diikuti di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan perempuan telah mengalami banyak tantangan di era digital ditambah dengan kondisi pandemi COVID-19, diantaranya meningkatnya beban kerja rumah tangga, pengasuhan dan perawatan dan banyak perempuan yang menjadi penopang ekonomi keluarga karena suaminya meninggal.
Baca juga: Kemen PPPA: SDM bidang TIK masih didominasi laki-laki
"Beban kerja rumah tangga, pengasuhan dan perawatan itu semakin tinggi pada perempuan dan dengan banyak sekali perempuan ditinggal meninggal suaminya karena COVID-19 yang akhirnya tiba-tiba dia menjadi penopang ekonomi keluarga," katanya.
Padahal menurutnya perempuan adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga sehingga sangat perlu untuk memiliki kemampuan literasi digital yang baik.
"Dia punya beban tinggi, tetapi di satu sisi skill dan kemampuannya masih terbatas," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya mendorong agar perempuan memiliki pengetahuan yang memadai dalam dunia keamanan siber agar dapat menjaga diri dari berbagai aksi kejahatan yang terjadi di dunia maya.
"Jadi penting sekali perempuan untuk kita berikan perspektif lain dalam masalah cyber security ini sehingga mereka bisa melindungi dirinya juga," katanya.
Baca juga: Kemen PPPA minta orang tua awasi anak bermedsos
Baca juga: BNPT dan Kemen PPPA wujudkan desa bebas dari paparan radikal terorisme
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022