"Di sinilah titik tolaknya semakin dini diketahui, kita turunkan angka rawat inap berulangnya dengan harapan bahwa survival-nya akan semakin baik," kata dr Nauli dalam diskusi yang mengambil tema "Kenapa kita harus peduli gagal jantung?" di Jakarta, Sabtu.
Dalam diskusi tersebut dia menjelaskan bahwa sekitar 64 juta pasien dewasa di seluruh dunia hidup dengan gagal jantung, yang diperkirakan akan terus bertambah dengan tingkat rawat inap berulang dan kematian yang masih cukup tinggi. Di Indonesia penyakit jantung menempati posisi pertama dengan jumlah kasus 12,9 juta.
Baca juga: Dokter: Waspadai beberapa gejala pasien gagal jantung
Selain itu, angka rawat inap berulang karena gagal jantung masih cukup tinggi dan dapat menurunkan tingkat bertahan hidup. Dengan semakin sering pasien dirawat inap, angka kelangsungan hidup pasien menjadi semakin rendah.
Data InaHF National Registry 2018 memperlihatkan bahwa sebanyak 17 persen pasien gagal jantung di Indonesia akan mengalami rawat inap berulang. Selain itu, 17,2 persen pasien gagal jantung meninggal pada saat rawat inap dan 11,3 persen pasien gagal jantung akan meninggal dalam satu tahun pengobatan.
Deteksi dini itu penting, mengingat lebih dari 60 persen pasien gagal jantung di Indonesia berusia di bawah 50 tahun, masih masuk dalam usia produktif dan banyak yang menjadi pencari nafkah keluarga.
Penyakit gagal jantung juga hampir sama ganasnya dengan beberapa kanker umum yang didiagnosis pada pria dan wanita.
Pada pria, angka bertahan hidup karena gagal jantung memiliki tingkat lebih rendah dibandingkan kanker prostat atau kanker kandung kemih. Sementara pada wanita lebih rendah dibandingkan penderita kanker payudara atau kanker usus.
Komorbid menjadi faktor utama yang mempersulit pengobatan gagal jantung, karenanya penderita gagal jantung dengan komorbid membutuhkan tim multidisplin untuk menangani penyakit ini secara holistik.
Kondisi itu adalah alasan kenapa penanganan gagal jantung harus cepat dilakukan, dengan harapan pasien tidak sampai mengalami komorbiditas yang dapat menyebabkan terbatasnya pilihan pengobatan dan memperberat gagal jantung.
Baca juga: Kenali gejala gagal jantung pada masa kehamilan
Baca juga: Dokter: Banyak orang tak menyadari sudah gagal jantung
"Ada dua faktor yang harus kita ingat, faktor yang mengobati adalah dia harus melakukan treatment lebih awal dan harus komprehensif," tuturnya.
Faktor kedua dari yang diobati, mengingat masih belum besar kesadaran akan pentingnya perawatan dengan banyak pasien yang tidak melakukan kontrol ke rumah sakit setelah merasa lebih baik karena gagal jantung masih dianggap tidak memiliki tingkat kematian yang besar.
"Di sinilah kita mengharapkan bukan hanya pasien yang diobati yang kita komunikasikan, tapi juga keluarganya, kerabatnya atau caregiver, memberikan motivasi supaya pasien tetap mau berobat. Sekali lagi, penyakit ini bisa dikontrol," ujarnya.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022