Pendidikan lingkungan hidup sangat penting dalam kehidupan dewasa ini untuk mengedukasi masyarakat agar tetap menjaga kelestarian alam bagi keberlangsungan hidup di masa yang akan datang.Kami akan terus mengkampanyekan pentingnya menjaga lingkungan
Pendidikan lingkungan hidup perlu dilakukan bagi anak-anak usia dini guna menanamkan rasa cinta terhadap alam dan peduli terhadap kelestarian lingkungan hingga mereka dewasa.
Pendidikan lingkungan hidup atau PLH bagi anak usia dini di kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat gencar dilakukan oleh Yayasan Konservasi Indonesia.
Berkolaborasi dengan Lembaga Fakfak Mengajar mendorong terwujudnya pendidikan lingkungan hidup bagi anak usia dini di kawasan konservasi taman pesisir Teluk Berau dan kawasan konservasi taman pesisir Teluk Nusalasi-Van Den Bosch yang merupakan kawasan tabungan ikan bagi masa depan daerah setempat.
Anggota Fakfak Mengajar, Kartika Dwi Cahyanti di Fakfak, Kamis, mengatakan bahwa pihaknya pendorong pendidikan lingkungan hidup di kawasan konservasi taman pesisir Teluk Berau dan Teluk Nusalasi-Van Den Bosch dengan melakukan trainer atau pelatihan bagi para guru.
Dia mengatakan bahwa program trainer pendidikan lingkungan hidup bagi guru sekolah dasar pada kawasan konservasi perairan tersebut bekerja sama dengan Yayasan Konservasi Indonesia.
Menurut dia, modul pendidikan lingkungan hidup atau PLH dibuat oleh Konservasi Indonesia kemudian diserahkan kepada Fakfak Mengajar melakukan trainer bagi guru sekolah dasar di kawasan konservasi perairan Fakfak agar guru tersebut dapat memberikan materi untuk mengedukasi siswa.
Menurut dia, program PLH ini sasarannya bagi anak-anak sekolah dasar mulai dari kelas empat sampai kelas enam. Khusus bagi kampung di kawasan konservasi taman pesisir Teluk Berau dan Teluk Nusalasi-Van Den Bosch yang jumlah siswa kelas empat sampai enam sedikit maka siswa kelas satu sampai tiga diikutsertakan dalam pendidikan lingkungan hidup tersebut.
Dikatakannya program trainer PLH tidak hanya dilakukan bagi guru sekolah dasar di kawasan konservasi perairan Fakfak, tetapi juga bagi tokoh masyarakat dan tokoh adat sehingga mereka membantu mengedukasi anak-anak.
"Program tersebut sudah berjalan dan seluruh sekolah dasar di kawasan konservasi perairan taman pesisir Teluk Berau dan Teluk Nusalasi-Van Den Bosch sudah diberikan trainer PLH," ujarnya.
Yayasan Konservasi Indonesia Bidang Pendidikan Lingkungan Hidup dan Pendidikan Konservasi, Fitriyanti Killian yang memberikan keterangan terpisah, mengatakan bahwa kabupaten Fakfak memiliki dua kawasan konservasi perairan yakni kawasan konservasi taman pesisir Teluk Berau dan kawasan konservasi taman pesisir Teluk Nusalasi-Van Den Bosch yang terus dijaga agar dapat dinikmati oleh generasi di masa yang akan datang.
Dia mengatakan bahwa agar kedua kawasan tersebut terus terjaga Konservasi Indonesia kolaborasi dengan Fakfak Mengajar mengedukasi anak-anak di dua kawasan konservasi tersebut agar tetap menjaga kelestarian ekosistem perairan dan hutan dengan melakukan pendidikan lingkungan hidup.
Baca juga: Menteri LHK: Pendidikan lingkungan menyatu di sekolah dan masyarakat
Baca juga: Mitigasi bencana bagian dari pendidikan lingkungan hidup
Menurut dia, pendidikan lingkungan hidup tersebut dilakukan bagi anak sekolah dasar dimulai dari kelas empat sampai kelas enam di seluruh kampung yang ada di dalam dua kawasan konservasi perairan Fakfak tersebut.
Apabila ada kampung yang jumlah siswa kelas empat sampai enam sedikit maka pendidikan lingkungan hidup dilakukan bagi seluruh siswa dari kelas satu sampai enam. Pola pembelajaran dilakukan dengan cara belajar sambil bermain di alam terbuka menggunakan peralatan yang memudahkan anak-anak konservasi dan biota laut serta satwa dilindungi.
Dikatakannya kegiatan PLH tersebut ada satu modul berisikan sembilan materi yang digunakan untuk mengedukasi anak-anak memahami konsep Konservasi. Modul tersebut dinamakan dari gunung sampai ke laut dimana dalam modul ada materi tentang satwa yang dilindungi di darat sampai biota laut yang dilindungi.
Selain itu, materi pelestarian air bersih dan juga materi kemana sampah pergi. Khusus konsep kemana sampah pergi anak-anak diajak bermain ke gunung melihat masyarakat di gunung buang sampah dan kemudian sampah tersebut hanyut pada aliran sungai sampai ke laut hingga merusak ekosistem terumbu karang.
Modul tersebut juga menceritakan jaring-jaring kehidupan di laut dan juga jaring-jaring kehidupan di pegunungan. Ada materi juga tentang mengenal dunia kehutanan dimana menceritakan tentang ada tiga jenis hutan yakni hutan konservasi, hutan produksi, dan hutan lindung serta cagar alam kabupaten Fakfak.
Dikatakannya selama ini hanya orang tua saja yang banyak mendapat pelatihan dan edukasi tentang lingkungan hidup dan konservasi sedangkan anak-anak jarang mendapat perhatian serupa.
Karena itu, lanjut dia, pendidikan lingkungan hidup dan konservasi dilakukan bagi anak-anak sehingga mereka teredukasi dengan baik. Sebab anak-anak sangat polos dan mereka yang sudah teredukasi bisa langsung menegur orang tua yang melakukan hal-hal pencemaran lingkungan seperti buang sampah sembarang tempat.
Ia berharap agar modul pendidikan lingkungan hidup tersebut masuk dalam kurikulum muatan lokal pada setiap sekolah dasar yang ada di Kabupaten Fakfak.
Dukungan terhadap pendidikan lingkungan hidup bagi anak-anak muda di kabupaten Fakfak juga didorong oleh lembaga Kitong Bisa Learning Centre atau KBLC dengan gerakan "Kitong generasi konservasi".
Ketemu KBLC kabupaten Fakfak, Fuad Uswanas mengatakan bahwa gerakan Kitong generasi konservasi berkolaborasi dengan Yayasan Konservasi Indonesia untuk memberikan edukasi kepada anak-anak muda di kabupaten Fakfak agar tetap menjaga kelestarian alam.
Menurut dia, program yang sudah dilakukan yakni memberikan materi pendidikan lingkungan hidup bagi mahasiswa di kampus dan juga bagi anak-anak sekolah dasar tentang pentingnya menjaga kelestarian alam untuk kehidupan berkelanjutan di masa yang akan datang.
"Kami akan terus mengkampanyekan pentingnya menjaga lingkungan terutama tidak membuang sampah di sembarang tempat dan mengurangi penggunaan sampah plastik bagi generasi muda di kabupaten Fakfak," tambah dia.
Wakil Bupati Fakfak Yohana Dina Hindom berikan apresiasi terhadap Yayasan Konservasi Indonesia yang melakukan pendampingan terhadap masyarakat agar tetap menjaga kelestarian alam terutama kawasan konservasi taman pesisir Teluk Berau dan Teluk Nusalasi-Van Den Bosch.
Dia mengatakan bahwa pemerintah daerah mendukung program-program yang dilakukan oleh Yayasan Konservasi Indonesia untuk mendorong masyarakat adat menjaga dan memanfaatkan kawasan konservasi secara berkelanjutan.
Ia menjelaskan bahwa konservasi bukan melarang, tetapi mengatur agar pemanfaatan secara berkelanjutan untuk kelangsungan hidup di masa yang akan datang.
"Salah satu problem yang perlu mendapat perhatian serius semua pihak di Kabupaten Fakfak adalah masalah sampah plastik. Saya mengajak semua masyarakat mari kita mengurangi penggunaan plastik serta tidak membuang sampah plastik ke laut yang nantinya berdampak pada kerusakan ekosistem terumbu karang dan kehidupan di sekitarnya," pesan Wabup.
Baca juga: Sulsel bisa jadi contoh pengembangan pendidikan lingkungan
Baca juga: KLHK anugerahkan Adiwiyata 2021 pada sekolah peduli lingkungan
Pewarta: Ernes Broning Kakisina
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022