• Beranda
  • Berita
  • Nadiem: Proses pembelajaran lebih optimal dengan kehadiran praktisi

Nadiem: Proses pembelajaran lebih optimal dengan kehadiran praktisi

3 Juni 2022 15:52 WIB
Nadiem: Proses pembelajaran lebih optimal dengan kehadiran praktisi
Tangkapan layar Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim di Jakarta, Jumat 3/6/2022). (ANTARA/Indriani)
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim mengatakan proses pembelajaran jauh lebih optimal dengan kehadiran praktisi.
 
"Dengan hadirnya praktisi yang mengajar di kampus, keterlibatan praktisi dalam perencanaan maupun proses pembelajaran dapat berlangsung lebih optimal," ujar Nadiem dalam peluncuran Praktisi Mengajar di Jakarta, Jumat.
 
Dia menambahkan dosen akan memperoleh pengetahuan terbaru tentang dunia industri dan mahasiswa bisa bertatap muka langsung dengan praktisi.

Baca juga: Nadiem ajak praktisi masuk ke dunia kampus melalui Praktisi Mengajar
 
“Hari ini sangat membahagiakan bagi kita semua, karena saya yakin program Praktisi Mengajar yang diluncurkan sebagai Merdeka Belajar Episode 20 ini akan semakin menguatkan upaya kita mentransformasi sistem pendidikan tinggi,” katanya.
 
Dalam upaya mengakselerasi peningkatan kualitas pendidikan, Kemendikbudristek mendorong perguruan tinggi untuk mengacu pada delapan Indeks Kinerja Utama (IKU). IKU adalah ukuran kinerja baru bagi perguruan tinggi untuk mewujudkan perguruan tinggi yang adaptif dengan berbasis luaran lebih konkret.
 
“Melalui Program Praktisi Mengajar ini kita berharap iklim pembelajaran di kampus akan ikut ter-upgrade, sesuai dengan indikator kinerja perguruan tinggi yang kita targetkan,” ujarnya.
 
Secara khusus, program Praktisi Mengajar itu fokus pada tercapainya IKU nomor empat dan nomor tujuh. Merujuk pada IKU nomor empat, yakni praktisi ikut terlibat dalam perencanaan mata kuliah, nantinya dosen-dosen di Indonesia akan memperoleh pengetahuan terbaru tentang dunia industri. Selain itu, mahasiswa juga bisa berinteraksi langsung dengan para praktisi yang telah berpengalaman di bidang masing-masing.

Baca juga: Praktisi: teknologi jadi tantangan guru era disrupsi

Baca juga: Praktisi kecerdasan buatan berpeluang mengajar di universitas
 
Kemudian, mengacu pada IKU nomor tujuh, mahasiswa dapat belajar dengan metode studi kasus masalah riil. Mereka juga dapat menerapkan ilmu dan teori yang diperolehnya pada model pemecahan masalah sekaligus mengembangkan keterampilan nonteknis (soft skills) dalam suatu kelompok kerja sama.
 
"Pelibatan praktisi atau profesional yang mendorong pembahasan studi kasus dalam kelompok akan mempercepat pencapaian IKU, yang berarti mengakselerasi peningkatan kualitas pendidikan tinggi,” ucapnya.

Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022