Malang (ANTARA News) - Praktisi Psikologi Asep Haerul Ghani berpendapat teknologi akan menjadi tantangan tersendiri bagi guru yang mengajar dan mendidik siswa di era disrupsi seperti sekarang ini.Tantangan kita para guru di era disrupsi ini adalah teknologi
"Tantangan kita para guru di era disrupsi ini adalah teknologi. Apakah kita bisa mengendalikan teknologi atau kah kita yang dikendalikan oleh teknologi," kata Asep di hadapan ratusan guru SD, SMP, MTs, SMA, SMK, MA Muhammadiyah se-Jawa Timur.
Asep menjadi pembicara dalam Seminar "Reformulating Education in Disruption Era Conference" di Theater Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) di Malang, Jawa Timur, Rabu.
Dewasa ini, katanya, para guru dibuat terheran-heran dengan cita-cita baru yang dimiliki anak didiknya. Beberapa guru menyampaikan bahwa murid-murid mereka banyak bercita-cita menjadi ojek online, youtuber, vloger, dan impian unik lainnya yang tidak terduga.
Alumnus Universitas Indonesia itu menilai perbedaan persepsi antara guru dan anak-anak tentang bentuk dari cita-cita tersebut wajar. Hal ini dikarenakan zaman antara guru dan murid berbeda.
Lebih lanjut, Asep menyampaikan saat ini bukan lagi zaman manusia gengsi-gensian dengan jabatan karena penghasilan menjadi hal yang lebih utama. Hal ini dapat dilihat dari kesenjangan penghasilan yang didapat antara profesi ojek online dan guru.
"Misalnya dibandingkan ojek online, pendapatan guru bukanlah apa-apa. Sehingga wajar anak-anak zaman sekarang memiliki impian yang unik dan aneh karena mereka hidup di zaman disrupsi," tuturnya.
Menurut Asep, zaman disrupsi adalah zaman dimana teknologi sudah menjadi makanan sehari-hari dan tidak bisa dilepaskan dalam aktivitas manusia. Anak-anak cenderung terbiasa dengan teknologi, sehingga profesi-profesi yang menyentuh ranah teknologi menjadi hal yang menarik bagi mereka.
Menyinggung perumusan ulang (reformulating) di dunia pendidikan, Asep mengulas perjuangan pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan pada puluhan dekade lalu. Kala itu, Dahlan membawa angin segar di dunia pendidikan.
Dirinya, kata Asep, mendobrak tradisi dengan membuat sebuah pendidikan agama yang modern, namun tetap berpegang pada Al-Quran dan As-sunnah. Hal ini dapat menjadi pacuan semangat tersendiri bagi para guru masa kini.
Asep juga menekankan, meski saat ini banyak fungsi manusia tergantikan oleh teknologi, tidak ada yang bisa menggantikan fungsi guru.
"Di tengah kegalauan kita semua, guru sebagai pengkhidmat tetap tidak bisa dihilangkan dari fungsinya. Guru harus hadir sebagai manusia yang mengajar manusia selayaknya manusia, bahkan guru bisa menghadirkan emosi yang tidak dipelajari melalui teknologi manapun oleh murid," ucapnya.
Baca juga: Akademisi: kemampuan guru harus bisa mengimbangi zaman
Baca juga: Guru didorong lakukan inovasi dalam mengajar
Sementara itu, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Syafiq A. Mughni menyampaikan pendidikan hendaknya menjadi gerakan yang membawa perubahan lebih baik bagi peradaban manusia karena pendidikan juga menjadi cermin sebuah generasi.
"Kalau kita ingin melihat bagaimana kondisi suatu generasi, maka lihatlah pendidikannya," katanya.
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018