Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Anas Rasmana saat dikonfirmasi di Kota Bogor, Senin, mengatakan penutupan dilakukan untuk menghindari potensi penyebaran PMK kepada 400 sapi lain di pasar hewan area RPH Bubulak.
"Sama seperti pasien yang terkena COVID-19 pada manusia ada masa karantina, untuk hewan yang terkena PMK juga kami karantina supaya penyakitnya tidak menyebar," ujar Anas.
Anas menerangkan, PMK pada tujuh sapi itu mulai terdeteksi setelah empat hari berada di pasar hewan area RPH Bubulak Kota Bogor.
Ketujuh sapi datang dari wilayah Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah dengan dokumen Surat Keterangan kesehatan hewan (SKKH) lengkap dari pengirim dan terlihat sehat sehingga lolos dari pos penyekatan di Kota Bogor pada Minggu (29/5).
Selanjutnya, pada Rabu (1/6) ketujuh sapi menujukan gejala PMK dan terus semakin nampak sehingga pada Sabtu (4/6) dilakukan uji klinis dan kini tengah menunggu hasil laboratorium
"Jadi negatif atau positif sapi-sapi itu PMK baru malam ini mungkin ada hasil, besok sudah ada kepastian," kata Anas.
Sementara ini, kata Anas, RPH hanya berjalan untuk pemotongan sapi kebutuhan daging di pasar tradisional. Sedangkan Ratusan sapi yang berjarak 10 meter sampai 3 kilometer dari lokasi sapi bergejala PMK menjalankan karantina selama 14 hari.
Karantina sapi dan upaya pencegahan penularan dilakukan agar persediaan hewan kurban jelang Idul Adha 1443 Hijriah tidak terimbas kekurangan terlalu banyak.
"Yang untuk dipotong terus berjalan, kesehatannya juga dipantau. Tapi untuk persiapan kurban yang sekarang terimbas di RPH," terangnya.
Baca juga: DKPP Sumenep temukan 17 ekor sapi sakit bergejala seperti PMK
Baca juga: 33 ekor sapi di Riau diserang penyakit mulut dan kuku
Baca juga: Hewan ternak terjangkit PMK di Kabupaten Solok tambah jadi 92 kasus
Baca juga: 33 ekor sapi di Riau diserang penyakit mulut dan kuku
Baca juga: Hewan ternak terjangkit PMK di Kabupaten Solok tambah jadi 92 kasus
Pewarta: Linna Susanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022