"Saya pernah mendapat cerita ketika saya menjuri. Kan kalau misalkan kompetisi di Hong Kong pasti peserta dari China banyak ya. Mereka tuh bilang nggak takut. Tapi begitu satu ada dari Indonesia mereka takut," kata Avip kepada ANTARA, Selasa.
"Saya sih cuma diam-diam saja. Tapi ya ternyata paduan suara Indonesia sudah ditakuti dan dihormati oleh dunia paduan suara. Itu sedikit dari yang saya alami. Tapi di event-event lain juga memang banyak sekali paduan suara Indonesia yang berprestasi," tambahnya.
Tak hanya di luar negeri, Avip juga mengungkapkan bahwa dia merasa senang kini paduan suara semakin berkembang dan dihargai di dalam negeri. Misalnya saja dengan banyaknya universitas yang sekarang telah memberikan apresiasi untuk mahasiswanya yang ikut dan memenangkan lomba paduan suara.
"Sekarang sudah jauh lebih dilihat sih. Sekarang juga banyak universitas yang memberikan credit kepada mahasiswa yang berhasil membawa nama universitasnya. Atau bahkan anak Unpad sempat juga dikasih handphone sama rektornya," ungkap Avip.
Kendati demikian, musik klasik dan paduan suara memang masih membutuhkan waktu untuk bisa diminati oleh lebih banyak masyarakat. Hal tersebut juga menjadi visi dan misi bagi Avip. Dia ingin memperkenalkan musik klasik dan dunia paduan suara kepada masyarakat Indonesia.
"Mungkin masih perlu waktu untuk lebih bisa diterima. Ya visi misi saya juga ingin memperkenalkan seluas-luasnya kepada masyarakat yang belum mengerti bahwa dunia paduan suara itu adalah sebuah aktivitas yang sangat sehat," ujar Avip.
"Orang-orang bisa menyanyi yang pasti sehat, kedua mereka bersosialisasi, mereka juga bisa belajar toleransi dan empati," tutupnya.
Baca juga: Paduan Suara Universitas Pancasila launching secara virtual
Baca juga: Batavia Madrigal Singers akan berkompetisi di European Grand Prix 2022
Baca juga: Batavia Madrigal Singers rilis film pendek "Melodialog"
Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022