• Beranda
  • Berita
  • Satgas IDI yakin Indonesia sudah di fase endemi COVID-19

Satgas IDI yakin Indonesia sudah di fase endemi COVID-19

8 Juni 2022 10:01 WIB
Satgas IDI yakin Indonesia sudah di fase endemi COVID-19
Arsip foto - Refleksi sejumlah warga berolahraga saat pelaksanaan hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) di Jalan Jendral Sudirman, Jakarta, Minggu (29/5/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/YU.

Positivity rate-nya stabil di bawah 3 persen

Ketua Satgas PB IDI Prof Zubairi Djoerban meyakini situasi COVID-19 di Indonesia saat ini memasuki fase endemi berdasarkan sejumlah indikator epidemiologi yang telah membaik.

"Apakah Indonesia sudah masuk tahap endemi? Saya akan jawab iya. Kenapa? Karena positivity rate-nya stabil di bawah tiga persen. Keterisian tempat tidur rumah sakit dan angka kematian juga rendah sekali," kata Zubairi Djoerban yang dikonfirmasi di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan selama dua tahun lebih masyarakat Indonesia akrab dengan kata pandemi, dan saat ini mulai akrab juga dengan istilah transisi serta endemi.

Zubairi yang berprofesi sebagai dokter spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi (kanker) itu mengatakan situasi COVID-19 saat ini memicu tanggapan beragam masyarakat, apakah Indonesia sudah masuk tahap endemi atau masih transisi, atau sudah endemi tapi masyarakat tidak menyadari hal itu.

Baca juga: Menkes: Kesadaran masyarakat terapkan prokes ciri penyakit jadi endemi

Baca juga: Menkes: Transisi pandemi menuju endemi harus penuhi tiga syarat


Menjawab pertanyaan itu, Zubairi melaporkan angka kasus harian COVID-19 di Tanah Air yang saat ini sedang dalam kondisi yang sangat baik.

"Saat ini, memasuki bulan Juni, angka kasus di Indonesia selalu di bawah 400. Ini bagus sekali. Bandingkan dengan Amerika Serikat yang telah menyatakan endemi, namun kasusnya masih 70 ribu kasus per hari," ujarnya.

Terkait vaksinasi, kata Zubairi, sasaran kelompok usia dewasa sudah lebih dari 70 persen. "Usia lanjut kurang sedikit. Booster juga sudah mulai lumayan banyak. Kalau dibandingkan dengan negara lain, cakupan vaksinasi kita juga sudah lumayan bagus," katanya.

Kalau dibandingkan dengan situasi negara tetangga, kata Zubairi, posisi kasus di Indonesia masih jauh di bawah rata-rata Singapura, Malaysia, Australia, apalagi Korea Utara yang saat ini ranking satu dunia.

Meski angka penularan di Indonesia cenderung sedikit, tapi Zubairi membenarkan bahwa tes COVID-19 di Indonesia sangat sedikit jumlahnya.

"Betul. Namun hal itu bisa terkoreksi dengan BOR. Kalau sakitnya sang pasien parah karena COVID-19, pasti ke rumah sakit. Faktanya rumah sakit sepi. Positivity rate mingguan kita juga bagus," katanya.

Zubairi mengatakan aktivitas mudik Lebaran 2022 yang semula dikhawatirkan banyak pihak berpotensi memicu gelombang lanjutan pandemi COVID-19, nyatanya tidak terbukti. "Awalnya kita khawatir soal itu. Apalagi yang mudik tercatat ada puluhan juta orang," ujarnya.

Tapi, sudah dua bulan dari awal puasa, lonjakan kasus tidak terjadi. Maka, bisa dikatakan, sekarang ini Indonesia sudah masuk tahap endemi, kata Zubairi menambahkan.

Ia mengingatkan seluruh pihak, COVID-19 merupakan penyakit yang dinamis. "Amat dinamis. Jadi, masih ada kemungkinan terjadi kenaikan. Harus tetap waspada dan taat protokol kesehatan," katanya.

Menurut Zubairi COVID-19 akan tetap ada di tengah masyarakat dalam jangka waktu yang panjang sehingga lonjakan kasus masih memungkinkan terjadi.

"COVID-19 tetap ada di sekitar kita. Tapi, karena sebagian besar kita sudah divaksin lengkap, maka kalau terinfeksi, kemungkinan hanya batuk pilek bersin saja," katanya.

Baca juga: Pakar AS: COVID bisa jadi endemi jika semua orang divaksin 'booster'

Baca juga: IDI minta warga tetap disiplin prokes meski COVID-19 jadi endemi

 

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022