• Beranda
  • Berita
  • BKKBN dorong pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang pada ibu

BKKBN dorong pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang pada ibu

11 Juni 2022 20:09 WIB
BKKBN dorong pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang pada ibu
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Hasto Wardoyo didampingi BupatI Brebes Idza Priyanti mengunjungi Puskesmas Kecipir Losari, Kabupaten Brebes. ANTARA/HO-Humas BKKBN Jateng/am.

Sejak 2020, BKKBN telah menambah pilihan alat dan obat kontrasepsi

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendorong pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang memiliki banyak manfaat dalam merencanakan keluarga pada ibu setelah melahirkan.

“Sejak 2020, BKKBN telah menambah pilihan alat dan obat kontrasepsi (alokon) yakni implan satu batang dan suntik progestin 1 cc kemudian juga suntik kombinasi (estrogen, progesterone) 1 cc,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Hasto menuturkan penggunaan MKJP seperti implan dan IUD (Intrauterine Device) yang dikenal sebagai AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral bisa lebih menjadi pilihan bagi para ibu.

Baca juga: BKKBN: Aborsi turunkan kesempatan ibu hamil aman dan sehat

Sebab, pemakaian alat kontrasepsi bisa mengatasi terjadinya kelahiran yang terlalu dekat atau terlalu banyak pada usia ibu yang terlalu tua ataupun terlalu muda (4Terlalu). Fungsi lainnya yakni dapat menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta mencegah kekerdilan pada anak (stunting).

Di samping banyaknya manfaat alat kontrasepsi, angka kebutuhan ber-KB yang belum terpenuhi (unmet need) di Indonesia selama pandemi COVID-19 meningkat.

Banyak orang yang harusnya mendapatkan pelayanan belum bisa terlayani akibat berbagai keterbatasan di fasilitas kesehatan.

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, angka unmet need di Indonesia sudah menyentuh yakni 10,6 persen dari total pasangan usia subur (PUS) yang ada di Tanah Air.

Baca juga: BKKBN: Perlu tingkatkan edukasi reproduksi cegah aborsi pada perempuan

Bahkan data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 menyebutkan, tren penggunaan alat kontrasepsi oleh KB suntik baru mencapai sebesar 32 persen, pil 14 persen, IUD empat persen dan implan tiga persen.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Hasto mengaku BKKBN terus mendorong alat kontrasepsi jadi lebih dikenal dan dekat dengan keluarga, meskipun pemakaian alat kontrasepsi memiliki peluang kegagalan dalam mencegah kehamilan pada ibu.

BKKBN telah menyediakan beragam alokon seperti IUD, implan atau susuk, pil, kondom dan suntik. BKKBN juga melakukan inovasi dengan menyediakan alokon implan satu batang dan pil progrestin yang lebih mudah dipakai oleh ibu.

Baca juga: BKKBN: Hari Keluarga Nasional waktu tingkatkan peran TPK

Hadirnya pilihan baru pada alokon suntik dan implan itu, akan lebih mudah digunakan oleh ibu. Setelah sebelumnya hanya tersedia suntik dengan ukuran 3 cc.

Dengan inovasi yang terus dilakukan, diharapkan penggunaan alat kontrasepsi seperti suntik jangka yakni rentang tiga bulan dan mengandung hormon progestin bisa lebih dominan karena tubuh akseptor (peserta KB) bisa menyesuaikan serta tidak sulit menerima implan karena memiliki kandungan yang sama.

“BKKBN mengharapkan jejaring pelayanan fasilitas kesehatan bisa bertambah yakni faskes dari bidan praktik mandiri menjadi ujung tombak dari pelayanan KB. Dengan adanya pilihan-pilihan baru alokon ini juga saya harap menjadi daya tarik juga bagi penggerakan KB pasca persalinan,” ujar Hasto.

Baca juga: BKKBN tekankan tiga kunci utama RI bisa petik bonus demografi

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022