"Survei penyusunan peta bahaya tsunami adalah serangkaian proses pemodelan skenario terburuk apabila terjadi gempa bumi yang mengakibatkan tsunami, yang menggambarkan ketinggian dan waktu tiba gelombang tsunami," kata Kepala Stasiun Geofisika Kupang Margiono ketika dihubungi dari Maumere, Selasa.
Baca juga: BMKG imbau warga NTT tak terpancing isu akan ada gempa-tsunami
Survei itu dilanjutkan dengan mikrozonasi gempa bumi, yaitu kegiatan survei dengan menggunakan alat digital portable seismograph TDS untuk memetakan wilayah yang rawan goncangan apabila terjadi gempa bumi.
Pada survei peta bahaya tsunami, proses pemodelan peta bahaya tsunami dilanjutkan dengan verifikasi data tutupan lahan dan koordinat tempat berpusat massa serta verifikasi data koordinat dan elevasi di lokasi yang diteliti.
Sedangkan proses survei mikrozonasi gempa bumi dilakukan dengan mendesain survei, lalu survei primer secara langsung dengan durasi satu titik perekaman alat 20 menit di lapangan. Setelah survei itu selesai, dilanjutkan dengan analisa data dan pemetaan.
Margiono mengatakan tujuan dari survei itu untuk melakukan pemetaan dan sosialisasi peta bahaya tsunami di seluruh wilayah NTT, termasuk koordinasi antar-pihak terkait, yakni pemerintah pusat, pemerintah daerah, pihak swasta, akademisi, media, dan masyarakat. Sinergi itu untuk melakukan aksi kolaborasi di lapangan guna mencegah terjadinya kerugian sosial/ekonomi dan korban jiwa apabila terjadi gempa bumi dan tsunami.
"Juga untuk menguatkan kapasitas dan kapabilitas pemerintah daerah, pihak terkait dan masyarakat dalam kesiapan untuk mencegah kerugian sosial ekonomi dan korban jiwa," katanya.
Baca juga: BMKG: NTT miliki dua generator gempa jadikan wilayah rawan tsunami
Baca juga: BMKG pasang alat sistem peringatan dini tsunami di Manggarai Barat
Dalam kegiatan survei selama tiga hari pada 5-7 Juni itu, ada tiga jenis peta yang dihasilkan. Pertama, peta bahaya tsunami dengan skenario terburuk yang menggambarkan zona aman dari ancaman apabila terjadi tsunami.
Berikutnya, ada Peta vs30, yakni peta kecepatan gelombang geser yang menggambarkan tingkat goncangan apabila terjadi gempa bumi dan ketiga peta periode dominan tanah, yakni peta yang menggambarkan karakteristik tanah dalam periode frekuensi sebagai salah satu acuan pembangunan rumah tahan gempa dan rencana tata ruang wilayah.
Pewarta: Fransiska Mariana Nuka
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022