• Beranda
  • Berita
  • BI proyeksi suku bunga Fed naik hingga 3,5 persen sampai akhir 2022

BI proyeksi suku bunga Fed naik hingga 3,5 persen sampai akhir 2022

23 Juni 2022 16:54 WIB
BI proyeksi suku bunga Fed naik hingga 3,5 persen sampai akhir 2022
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. (ANTARA/Agatha Olivia)

Dengan perkembangan terbaru kemungkinan akan naik menjadi 3,5 persen pada tahun ini dan akan naik lagi sebesar 50 basis poin (bps) pada tahun 2023 menjadi empat persen

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meningkatkan proyeksi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed), dari 3,25 persen menjadi 3,5 persen pada akhir tahun 2022.

"Dengan perkembangan terbaru kemungkinan akan naik menjadi 3,5 persen pada tahun ini dan akan naik lagi sebesar 50 basis poin (bps) pada tahun 2023 menjadi empat persen," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan Juni 2022 di Jakarta, Kamis.

Adapun setelah meningkatkan suku bunga acuan 75 bps pada bulan ini, suku bunga Fed kini berada dalam rentang 1,5 persen sampai 1,75 persen.

Ia berpendapat terbatasnya ruang fiskal di sejumlah negara menyebabkan kenaikan harga komoditas global berdampak pada peningkatan harga di berbagai negara.

Baca juga: Gubernur BI: RI tak perlu terburu-buru tingkatkan suku bunga acuan

Oleh karenanya sejumlah bank sentral, tak hanya The Fed, juga menaikkan suku bunga acuan, seperti di Brasil, India, Malaysia, dan berbagai negara lainnya.

"Kenaikan suku bunga acuan bank sentral tentu saja menurunkan permintaan dan pertumbuhan ekonomi," tutur Perry Warjiyo.

Di sisi lain Perry Warjiyo mengungkapkan kenaikan suku bunga acuan Fed berimbas kepada kenaikan imbal hasil atau yield obligasi AS dan pada akhirnya akan membuat aliran modal asing keluar dari negara-negara berkembang terutama di pasar Surat Berharga Negara (SBN).

Namun berkurangnya aliran modal asing tersebut tak akan mengganggu nilai tukar rupiah, kata dia, lantaran defisit transaksi berjalan yang rendah, neraca perdagangan yang terus mencetak surplus, dan cadangan devisa yang lebih dari cukup.

"Ini artinya pasokan fundamental valuta asing tinggi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah," tegas Perry Warjiyo.

Baca juga: BI kembali pertahankan suku bunga acuan 3,5 persen

 

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022