Ketua Kelompok Kerja Pendidikan (Education Working Group/EdWG) G20 Iwan Syahril menyampaikan bahwa pendidikan harus berfokus pada kompetensi fundamental dan esensial dalam menghadapi masa depan seiring dengan tingginya peran teknologi.
"Negara berperan mempersiapkan SDM untuk masa depan dengan melakukan learning recovery dan akselerasi tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini pendidikan harus berfokus pada kompetensi fundamental dan esensial," ujarnya dalam bincang-bincang "Pendidikan Berkualitas Hadapi Dunia Kerja Pascapandemi" yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Ketua G20 EdWG: Merdeka Belajar relevan dengan kondisi saat ini
Oleh karena itu, lanjut dia, literasi, numerasi, dan karakter yang menjadi fokus dalam Merdeka Belajar harus dapat diimplementasikan untuk menciptakan pembelajar sepanjang hayat.
"Ke depan, dunia kerja semakin terus terdisrupsi maka kemampuan untuk terus menjadi pembelajar sepanjang hayat menjadi sangat penting," tuturnya.
Ia mengemukakan bahwa program Merdeka Belajar mengadopsi dari falsafah Ki Hajar Dewantoro yakni "ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karso, tut wuri handayani", yang bertujuan membentuk manusia-manusia merdeka.
Baca juga: Kemendikbudristek: G20 EdWG jadi ajang menata ekosistem pendidikan
Dalam kesempatan sama, Tim Juru Bicara (Jubir) G20 Maudy Ayunda mengatakan bahwa memberikan generasi penerus kemerdekaan untuk berkembang cukup dibutuhkan oleh generasi muda Indonesia di masa depan.
Ia menambahkan bahwa performa seorang anak dalam pendidikan tergantung pada banyak hal seperti para orang tua, guru, dan motivasi diri.
Selain itu, juga tergantung pada sumber daya penunjang lainnya seperti sekolah dan akses terhadap teknologi dan informasi.
Baca juga: EdWG G20 bahas terkait peningkatan infrastruktur dan kapasitas SDM
"Saya rasa kalau kita berbicara tentang pendidikan, itu adalah isu yang sangat kompleks. Apakah anak itu perform atau tidak itu tergantung guru, orang tua, motivasi diri sendiri, juga 'resources' sekolah, teknologi, akses terhadap informasi," tuturnya.
"Negara berperan mempersiapkan SDM untuk masa depan dengan melakukan learning recovery dan akselerasi tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini pendidikan harus berfokus pada kompetensi fundamental dan esensial," ujarnya dalam bincang-bincang "Pendidikan Berkualitas Hadapi Dunia Kerja Pascapandemi" yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Ketua G20 EdWG: Merdeka Belajar relevan dengan kondisi saat ini
Oleh karena itu, lanjut dia, literasi, numerasi, dan karakter yang menjadi fokus dalam Merdeka Belajar harus dapat diimplementasikan untuk menciptakan pembelajar sepanjang hayat.
"Ke depan, dunia kerja semakin terus terdisrupsi maka kemampuan untuk terus menjadi pembelajar sepanjang hayat menjadi sangat penting," tuturnya.
Ia mengemukakan bahwa program Merdeka Belajar mengadopsi dari falsafah Ki Hajar Dewantoro yakni "ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karso, tut wuri handayani", yang bertujuan membentuk manusia-manusia merdeka.
Baca juga: Kemendikbudristek: G20 EdWG jadi ajang menata ekosistem pendidikan
Dalam kesempatan sama, Tim Juru Bicara (Jubir) G20 Maudy Ayunda mengatakan bahwa memberikan generasi penerus kemerdekaan untuk berkembang cukup dibutuhkan oleh generasi muda Indonesia di masa depan.
Ia menambahkan bahwa performa seorang anak dalam pendidikan tergantung pada banyak hal seperti para orang tua, guru, dan motivasi diri.
Selain itu, juga tergantung pada sumber daya penunjang lainnya seperti sekolah dan akses terhadap teknologi dan informasi.
Baca juga: EdWG G20 bahas terkait peningkatan infrastruktur dan kapasitas SDM
"Saya rasa kalau kita berbicara tentang pendidikan, itu adalah isu yang sangat kompleks. Apakah anak itu perform atau tidak itu tergantung guru, orang tua, motivasi diri sendiri, juga 'resources' sekolah, teknologi, akses terhadap informasi," tuturnya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022