"Kasus BA.4 berjumlah 21 kasus dan BA.5 berjumlah 122 kasus. Domisili pasien terbanyak di Jakarta, yakni 98 kasus, Jawa Barat 29 kasus, Banten 13 kasus, dan Bali tiga kasus," kata Mohammad Syahril saat menyampaikan keterangan pers secara virtual yang diikuti dari YouTube Kemenkes RI, Jumat sore.
Syahril mengatakan subvarian omicron itu menyerang 34 pasien yang telah menerima suntikan dosis penguat atau booster, sembilan lainnya penerima dosis lengkap, tiga pasien penerima dosis pertama, dan satu pasien penerima dosis keempat.
Baca juga: Ahli: Perlu antisipasi cegah lonjakan COVID-19 akibat subvarian baru
"Lima lainnya dialami pasien anak yang belum menerima suntikan vaksin COVID-19 dan 90 pasien lainnya belum ada pembaruan data," katanya.
Jika berdasarkan jenis kelamin, kata Syahril, 73 pasien laki-laki dan 70 lainnya perempuan.
Syahril yang juga Dirut RSPI Sulianti Saroso itu mengatakan 38 pasien dilaporkan bergejala, sembilan lainnya tanpa gejala dan 96 sisanya belum ada pembaruan data.
"Dari klasifikasi usia, yang terbanyak dialami usia produktif 30-39 tahun, yakni mencapai 34 pasien, 29 pasien lainnya usia 20-29 tahun, sementara lansia 20 orang pasien," katanya.
Baca juga: Pemerintah diminta percepat vaksinasi dosis ketiga mitigasi BA.4-BA.5
Baca juga: Epidemiolog: 3M masih jadi faktor penting tekan penyebaran BA.4-BA.5
Gejala yang paling dominan dialami pasien subvarian Omicron BA.5 adalah batuk 30 persen, demam 25 persen, pilek 19 persen, nyeri tenggorokan 14 persen, sisanya adalah mual, sesak dan anosmia.
Sedangkan gejala pada pasien BA.4 didominasi batuk 38 persen, demam 29 persen, nyeri tenggorokan 24 persen, pilek dan flu 9 persen.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022
