Akademsi Departemen Kedokteran Tropis Universitas Nusa Cendana, Nusa Tenggara Timur, Ika Febianti Buntoro mendorong mahasiswa berperan aktif membebaskan Indonesia dari jeratan penyakit kusta.Eliminasi kustanya, jangan eliminasi orangnya
"Kalian mahasiswa kedokteran, mahasiswa kesehatan bantu kami, bantu dunia, bantu Indonesia untuk bebas dari kusta," ujar Ika dalam webinar yang diikuti secara virtual, Jumat.
Menurut Ika, hal yang dapat dilakukan mahasiswa untuk membantu Indonesia bebas dari kusta adalah dengan mendampingi para penderita. Pada umumnya, masyarakat cenderung menjauhi penderita kusta karena khawatir tertular.
Padahal, kata dia, penderita kusta yang sudah menjalani pengobatan tidak menularkan penyakitnya ke orang lain. Untuk itu, Ika meminta kepada mahasiswa kedokteran atau kesehatan untuk berperan menghapus stigma tersebut.
Peran mahasiswa juga dibutuhkan ketika menemukan penderita kusta yang belum menjalani pengobatan. Ika mengatakan mahasiswa memiliki tanggung jawab untuk membujuk dan memotivasi mereka ke layanan kesehatan.
"Kalau perlu, kalau memang kamu sudah yakin itu mengarah ke kusta, dampingi, jangan dilepas," kata Ika.
Ika mengatakan hal tersebut harus diterapkan mahasiswa agar mereka juga bisa mengedukasi masyarakat lain untuk tidak memberi stigma pada penderita kusta.
Stigma terhadap penderita kusta penting untuk dihilangkan karena dapat memengaruhi kualitas hidupnya. Pandangan orang lain terhadap penderita kusta bisa memengaruhi cara dia memandang dirinya sendiri. Jika terus diberi stigma, para penderita kusta akan merasa kecil dan tidak berani menghadapi hidup.
"Eliminasi kustanya, jangan eliminasi orangnya. Anggap mereka manusia yang disayang Tuhan. Kalau Tuhan masih memberikan hidup kepada mereka, kita pun harus memberikan kesempatan untuk mereka," ujar dia.
Baca juga: Penyakit kusta masih tinggi karena kurangnya edukasi masyarakat
Baca juga: Kemenkes gandeng organisasi masyarakat hilangkan diskriminasi kusta
Baca juga: Ahli: Bakteri penyebab kusta berpotensi kebal terhadap obat
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022