Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengapresiasi banyaknya UMKM yang dikelola oleh perempuan yang masih bisa menyekolahkan anak-anak mereka serta berpotensi menciptakan generasi wirausahawan mapan yang baru.Sebagian dari bisnis (UMKM) perempuan ini adalah lebih ke survival economy untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga...
"Sebagian dari bisnis (UMKM) perempuan ini adalah lebih ke survival economy untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Tapi kalau kita lihat peran di dalam keluarga bagaimana mereka bisa menyekolahkan anak dengan pendapatan dari UMKM, kita berharap nanti dari keluarga mereka akan muncul anak-anak muda yang berpendidikan yang bisa memunculkan wirausaha baru,” kata Teten Masduki dalam rilis webinar Bangga UKM yang diselenggarakan Katadata di Jakarta, Selasa.
Teten mengingatkan bahwa sebanyak 64 persen pelaku usaha kecil, mikro dan menengah adalah kaum perempuan dan sebagian besar bergerak di bidang kuliner.
Ia juga menyatakan bahwa UMKM yang dikelola perempuan menjadi salah satu target pemerintah dalam rangka melahirkan 1 juta wirausaha mapan baru.
“Problemnya itu (UMKM perempuan) adalah produktivitas dan kualitas produk," katanya.
Untuk itu, ujar dia, pemerintah akan terus mendampingi UMKM perempuan agar bisa bersaing, contohnya dengan mempermudah akses pembiayaan bukan hanya untuk modal kerja tetapi juga untuk mengembangkan produk.
Pemerintah, lanjutnya, juga tengah menyusun konsep UKM kluster untuk bisa meningkatkan daya saing dan juga pengembangan produk.
“Kita cari model kluster di mana UKM yang gabung dalam kluster, jadi agregator seperti e-commerce. Di dalam kluster itu ada penelitian dan pengembangan, sehingga untuk inovasi produk tidak perlu dikerjakan lagi semuanya jadi hanya produksi saja. Litbang untuk pengembangan produk dilakukan yang lain. Itu konsep UKM kluster dalam rantai pasok,” papar Teten.
Teten juga berharap UKM yang ada saat ini untuk memroduksi barang yang sudah ada pangsa pasarnya.
Apalagi, Menkop UKM mengingatkan bahwa Presiden Joko Widodo sudah menginstruksikan pemerintah pusat dan daerah untuk alokasikan 40 persen anggaran belanja untuk beli produk koperasi dan UKM.
"Jumlahnya mencapai Rp 400 triliun dan ini sudah jelas pangsa pasarnya. UKM akan dibimbing untuk produksi barang dan jasa yang pangsa pasarnya sudah ada," kata Teten.
Pascapandemi, pemerintah tidak hanya ingin UKM pulih tapi juga melakukan transformasi ke ranah digital, dengan target 30 juta UKM transformasi ke digital pada tahun 2024 di mana sekarang baru mencapai sekitar 19 juta UKM.
Rektor Universitas Prasetiya Mulya Prof Djisman Simandjuntak mengatakan, transformasi digital UKM bukan hanya di bidang logistik dengan platform sebagai pangkalan.
Namun, kata Djisman, produksi UKM juga harus mengalami perubahan teknologi dan ini menjadi kunci pengembangan usaha kecil dan menengah.
“Dia harus mengalami teknologisasi, sumber utama pertumbuhan adalah perubahan teknologi. Sekarang ini kita menghadapi zaman di mana teknologi itu memasuki segala proses yang diperlukan di dalam bisnis,” kata Djisman.
Baca juga: B20 Indonesia tingkatkan pengembangan kapasitas wirausaha perempuan
Baca juga: ISEI: Digitalisasi jamin keberlanjutan UMKM perempuan dan pemuda
Baca juga: BI: Perempuan berhasil kembangkan UMKM karena pendekatan kelompok
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022