Perusahaan riset pasar Astronacci International menyebutkan inflasi tinggi di Amerika Serikat (AS) dan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (Fed) diprediksi menyebabkan dolar AS akan terus menekan rupiah.Kondisi sekarang ini rupiah adalah laggard indicator dari dolar AS. Sehingga ketika terjadinya penguatan terhadap dolar AS secara terus menerus, maka sebentar lagi akan terjadi pelemahan terhadap rupiah secara signifikan
CEO Astronacci International Gema Goeyardi dalam rilis di Jakarta, Selasa, mengatakan krisis pasar keuangan dan juga pelemahan terhadap rupiah diduga diawali dengan perang antara Rusia dengan Ukraina yang menyebabkan kenaikan pada harga minyak dan diikuti dengan inflasi secara besar-besaran di AS.
Gema mengatakan pada 17 April 2022, Astronacci memberikan prediksinya terhadap kenaikan suku bunga The Fed yang sudah pasti terjadi untuk menghadang laju inflasi dari AS.
Kenaikan suku bunga The Fed ini juga mendorong laju penguatan dari Indeks Dolar AS atau US Dollar Index (DXY) yang ke depannya akan berdampak negatif terhadap rupiah.
“Kondisi sekarang ini rupiah adalah laggard indicator dari dolar AS. Sehingga ketika terjadinya penguatan terhadap dolar AS secara terus menerus, maka sebentar lagi akan terjadi pelemahan terhadap rupiah secara signifikan," ujar Gema Goeyardi.
Kenaikan suku bunga The Fed yang diawali pada Maret 2022 sebesar 25 bps, lalu mengalami kenaikan lagi pada Mei 2022 sebesar 50 bps, hingga kemudian mencapai 75 bps pada Juni 2022. Penguatan dolar AS ini tentunya akan membawa dampak negatif terhadap rupiah.
Melihat pelemahan nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.812 per dolar AS di pasar perdagangan pada Senin (27/6), Gema mengatakan bahwa pihaknya memperkirakan akan terus terjadi penguatan dolar AS hingga target Rp16.200 per dolar AS.
Terkait analisis pelemahan rupiah, Astronacci memberikan prediksi nilai tukar dolar/rupiah memiliki potensi untuk menguji kembali area support dan membentuk secondary reaction.
Secara indikator momentum mengarah ke bawah pada area jenuh beli (overbought), Hal ini mengindikasikan bahwa USD/IDR berpotensi untuk terjadinya pelemahan ke area support Rp14.710 sebelum kembali menguat untuk mengisi area gap pada area Rp16.200.
“Sebagai seorang investor, wajib untuk mengetahui apa yang saat ini terjadi di negara kita dan bersiap-siap untuk hal yang terburuk karena dengan demikian, bisa mengamankan portofolio," ujar Gema Goeyardi.
Ia selanjutnya memberikan saran beberapa langkah yang dapat diambil dalam menghadapi kondisi pelemahan rupiah tersebut. Pertama, mulai menabung dolar AS. Kedua, carilah saham yang diuntungkan dengan pelemahan rupiah. Ketiga, hindari saham-saham yang dirugikan dengan pelemahan rupiah.
Baca juga: BI proyeksi suku bunga Fed naik hingga 3,5 persen sampai akhir 2022
Baca juga: BI ingatkan risiko stagflasi global masih akan membayangi ekonomi RI
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022