Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menekankan keluarga untuk lebih menghargai masa 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) anak agar terbebas dari masalah gizi.
“Dalam 1.000 HPK kemampuan dasar manusia berkembang. Jika terganggu prosesnya terjadi stunting,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat.
Waktu 1.000 HPK seorang anak dapat dihitung sejak sel telur bertemu dengan sperma hingga setelah anak lahir. Artinya, terdapat 280 hari atau 40 minggu dalam kandungan dan 720 hari hingga anak berusia hampir dua tahun.
Akan tetapi, katanya, belum semua keluarga dapat memahami hal tersebut. Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, angka masih 24,4 persen.
Meskipun angka stunting turun dari 27,7 persen pada tahun 2019, angka anak dengan berat badan kurang (underweight) justru mengalami peningkatan.
Baca juga: Kemenkes sebut anak wasting punya risiko tiga kali lipat stunting
Tercatat anak underweight yang sebelumnya 16,3 persen naik menjadi 17 persen. Bila ditinjau menurut standar Badan Kesehatan Dunia (WHO), hanya Provinsi Bali yang mempunyai status gizi berkategori baik dengan prevalensi stunting 10,9 persen dan prevalensi anak sangat kurus (wasting) mencapai tiga persen.
Hasto menekankan fase 1.000 HPK terjadi perkembangan pesat otak manusia yang menentukan banyak hal bagi kehidupan setiap individu.
“Sebelum 1.000 HPK kondisi otak masih terbuka dan proses perkembangan terjadi. 24 bulan kemudian atau tepat dua tahun, ubun-ubun depan dan belakang menutup,” ucapnya.
Guna meningkatkan pemahaman terkait dengan 1.000 HPK, Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN Irma Ardiana mengatakan pihaknya mengadakan Kelas Orang Tua Hebat (Kerabat) Seri III terkait kalender pengasuhan bagi ibu hamil yang dilaksanakan secara daring pada Kamis (30/6).
Kelas tersebut akan terus diselenggarakan setiap bulan dengan berbagai tema berbeda hingga bulan November 2022 dan pembagian rapor pada bulan Desember 2022.
Baca juga: Kemenkes: Pandemi COVID-19 jadi tantangan penanggulangan "wasting"
Lewat Kerabat, Irma berharap, kapasitas para orang tua dan kader-kader yang melaksanakan penyuluhan serta pendampingan bagi ibu dan anak dapat meningkat.
“Kenapa BKKBN terus berbicara tentang ibu hamil dalam kelas ini? Karena upaya percepatan penurunan stunting itu mulai dari 1.000 HPK,” katanya.
Public Health Enthusiast of Obstetric and Gynecology Rumah Sakit Puri Cinere, Depok, Jawa Barat Dewi Ratih menambahkan 1.000 HPK periode emas anak di mana terjadi pertumbuhan otak yang pesat untuk mendukung pertumbuhan anak secara sempurna.
“Kehamilan akan berdampak pada masa depan. Ketika ibu hamil terkena preeklampsia atau darah tinggi, ibu punya risiko bahkan setelah melahirkan berisiko darah tinggi kronis. Dampak pada keturunannya yakni si bayi, apabila perempuan akan berisiko darah tinggi pada saat dia hamil nantinya,” kata dia.
Baca juga: Bappenas: Pemerintah terus berkomitmen atasi wasting dan stunting
Baca juga: BKKBN sebut dua juta balita miliki bakat stunting selama pandemi
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022