• Beranda
  • Berita
  • Harganas 2022 momentum tingkatkan layanan KB pasca-persalinan

Harganas 2022 momentum tingkatkan layanan KB pasca-persalinan

6 Juli 2022 14:45 WIB
Harganas 2022 momentum tingkatkan layanan KB pasca-persalinan
Pemuka agama (tengah) melaksanakan prosesi ritual adat turun tanah anak di halaman Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, Aceh, Kamis (22/7/2021). ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/wsj.

Layanan KB pasca-persalinan efektif untuk menurunkan angka prevalensi kekerdilan pada anak (stunting)

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatakan bahwa Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-29 tahun 2022 merupakan momentum untuk meningkatkan pelayanan program KB bagi ibu pasca-persalinan.

“Kalau sampai pasca-bersalin tidak KB maka sangat sulit sekali menurunkan stunting. Kalau menurunkan stunting dengan grebek pasca-persalinan, sebetulnya akseptor baru akan tercapai,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu.

Ia menekankan layanan KB pasca-persalinan efektif untuk menurunkan angka prevalensi kekerdilan pada anak (stunting). Sebab, banyak ibu yang mengikuti KB dapat membuat angka unmet need (angka kebutuhan ber-KB yang belum terpenuhi) turun.

Apalagi secara psikologis, seorang ibu yang baru saja melahirkan tidak ingin langsung mempunyai anak lagi. Sehingga dapat dijadikan waktu yang tepat untuk memasang alat kontrasepsi yang dapat memberikan jarak antar kelahiran anak.

“Anda hari ini melahirkan ditanya satu tahun lagi apa mau melahirkan? Pasti 100 persen jawab tidak, saya yakin itu. Tapi kalau ditanya siapa yang mau pasang kontrasepsi yang jawab iya 29 persen sehingga punya peluang 71 persen untuk dirayu. Pil bisa, kondom bisa, susuk bisa,” katanya.

Menurut dia supaya penggunaan kontrasepsi dapat meningkat, strategi komunikasi yang digunakan haruslah menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, sopan dan mengedukasi para ibu. Dengan demikian Program Bangga Kencana dapat sukses dilakukan.

“Bapak dan ibu, bisa 'blow up' di media. Informasikan setelah melahirkan langsung bisa pasang susuk. Habis melahirkan pasang susuk maka menyusui jadi lancar dan orangnya tetap sehat. Ini adalah strategi pasar,” katanya.

Kondisi stunting di Indonesia sendiri, masih berada pada angka 24,4 persen. Jauh dari standar yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) yakni 20 persen.

Oleh karenanya, ia meminta seluruh jajaran di setiap daerah dapat bekerja dengan lebih giat serta memanfaatkan seoptimal mungkin media massa dan media sosial untuk meningkatkan pengetahuan alat kontrasepsi pada masyarakat.

“Penting sekali komunikasi, kita tidak akan sukses kalau diam saja. Cari peluang, kalau tidak ada, ciptakan peluang sendiri. Stunting jadi kekuatan baru tapi tidak boleh melupakan Program Bangga Kencana, tidak melupakan tugas kita menjalankan visi kependudukan dan keluarga seimbang,” demikian Hasto Wardoyo.


Baca juga: BKKBN mendorong Kampung KB bantu gizi percepat penurunan stunting

Baca juga: BKKBN: Ibu yang ikuti KB pascapersalinan kurang dari 30 persen

Baca juga: BKKBN bentuk rumah data kependudukan percepat penurunan stunting

Baca juga: BKKBN sarankan jarak kehamilan ideal minimal tiga tahun

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022