• Beranda
  • Berita
  • BKKBN: Edukasi manajemen gizi pada ibu hamil penting cegah stunting

BKKBN: Edukasi manajemen gizi pada ibu hamil penting cegah stunting

6 Juli 2022 19:43 WIB
BKKBN: Edukasi manajemen gizi pada ibu hamil penting cegah stunting
Tangkapan layar Direktur Perencanaan dan Pengendalian Penduduk, BKKBN Munawar Asikin dalam webinar "Manajemen Gizi dan Makanan Mewujudkan Ibu Hamil Sehat, Generasi Bebas Stunting, Sehat dan Cerdas" di Jakarta, Rabu (6/7/2022). ANTARA/ Zubi Mahrofi

banyak daerah-daerah yang memiliki persentase stunting di atas 20 persen

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyampaikan bahwa memberikan edukasi soal manajemen gizi terhadap ibu hamil penting guna mencegah lahirnya anak stunting atau kekerdilan.qq

"Setelah mengalami proses kehamilan, tingkat kesehatan mereka pastinya menjadi penentu bagi keberlangsungan hidup berikutnya," ujar Direktur Perencanaan dan Pengendalian Penduduk, BKKBN Munawar Asikin dalam webinar "Manajemen Gizi dan Makanan Mewujudkan Ibu Hamil Sehat, Generasi Bebas Stunting, Sehat dan Cerdas" di Jakarta, Rabu.

Menurutnya, cukup banyak kasus-kasus anak stunting yang lahir dikarenakan ibu hamil mempertahankan dietnya. Padahal pada saat itu ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang tinggi agar anak terbebas dari kekurangan energi kronis.

"Nah, kami juga bekerja sama dengan Departemen Kesehatan melakukan pemantauan perkembangan anak dan juga pertumbuhan anak salah satunya adalah kami mengidentifikasi risiko stunting pada anak-anak yang baru lahir," tuturnya.

Baca juga: BKKBN: 40 persen penduduk RI berpotensi tidak produktif
Baca juga: BKKBN ingatkan calon pengantin berperan penting cegah stunting

Ia mengemukakan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa jika seorang anak baru lahir panjangnya kurang dari 48 centimeter dan berat badannya kurang dari 2,5 kilogram maka anak tersebut teridentifikasi sebagai stunting.

"Anak tersebut perlu segera mendapatkan penanganan agar bisa terbebas dari stunting," ucapnya.

Dalam kesempatan itu, Munawar juga menyampaikan bahwa angka stunting di Indonesia masih cukup tinggi.

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan, angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 sebesar 24,4 persen, atau menurun 6,4 persen dari angka 30,8 persen pada 2018.

"Kita tahu masih banyak daerah-daerah yang memiliki persentase stunting di atas 20 persen yang menurut WHO merupakan standar yang harus dihindari," tuturnya.

Baca juga: Wali Kota: Penurunan angka sunting pacu ciptakan generasi berkualitas
Baca juga: BKKBN turunkan 798 pendamping keluarga cegah stunting di Pangkep

Sebelumnya, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K), MPH memaparkan ada beberapa masalah kesehatan ibu hamil yang perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan stunting atau gagal tumbuh pada anak.

"Satu adalah anemia. Dua, jika ibu hamil dalam usia remaja. Tiga, darah tinggi baik pada awal hamil atau di sepanjang kehamilan. Empat, jika ibu obesitas. Lima, kurang energi kronik, berat badannya kurang dari 45 kilogram di awal kehamilan, apalagi jika menderita penyakit kronis seperti tuberkulosis, malaria, dan HIV," kata Dwiana.

Dwiana mengatakan, kondisi-kondisi tersebut dapat membuat pertumbuhan janin terhambat sehingga tidak sesuai dengan usia kehamilan, hingga berpotensi persalinan prematur.

​​​​​​Baca juga: Harganas 2022 momentum tingkatkan layanan KB pasca-persalinan

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022