Sektor ekonomi digital di Indonesia telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hingga akhir tahun ini, transaksi e-commerce akan mencapai sekitar 36 miliar dolar AS
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mendorong inisiatif interdisipliner antara pemerintah, akademisi, serta sektor privat untuk mengembangkan ekonomi digital nasional dengan menggandeng Center for Digital Society (CfDS) Universitas Gajah Mada yang didukung Google Indonesia.
"Sektor ekonomi digital di Indonesia telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hingga akhir tahun ini, transaksi e-commerce akan mencapai sekitar 36 miliar dolar AS," kata ketua pelaksana Digital Economic Working Group Kominfo RI I Nyoman Adhiarna lewat keterangannya di Jakarta, Jumat.
Kini, lanjutnya, penetrasi internet di Indonesia mencapai 73,7 persen, di mana angka tersebut terbilang besar. Dengan angka tersebut, Nyoman berharap dapat mewujudkan pertumbuhan ekonomi digital yang lebih pesat kedepannya.
Menurut Nyoman, berkembangnya ekonomi digital tidak terlepas dari peran UMKM di dalamnya.
Jumlah UMKM di Indonesia yang mencapai angka 54 juta menyumbang kontribusi yang besar terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) negara dan menyediakan lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat Indonesia.
Sejalan dengan hal tersebut, CfDS dengan dukungan Google Indonesia berupaya mencari jalan tengah dalam membangun kolaborasi interdisipliner untuk menyajikan infrastruktur digital yang lebih unggul.
Salah satunya adalah dengan kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat. Upaya tersebut sejalan dengan visi pemerintah yang berencana untuk mendorong upaya digitalisasi terhadap 30 juta UMKM.
Mengingat peran UMKM sebagai aktor kunci dalam sektor ekonomi, upaya digitalisasi tersebut tidak lain bertujuan untuk meningkatkan pemulihan ekonomi pasca COVID-19.
Menyambung pemaparan Nyoman, Treviliana Eka Putri selaku peneliti dari CfDS menyetujui bahwa UMKM telah dan akan memiliki kontribusi yang besar terhadap pemulihan ekonomi Indonesia pasca pandemi COVID-19. Meski demikian, kondisi pemanfaatan teknologi digital oleh UMKM masih memerlukan perbaikan.
Berdasarkan data yang diperolehnya, pemanfaatan teknologi oleh UMKM dapat dibagi ke dalam tiga jenjang. Pada jenjang pertama, UMKM mampu memanfaatkan teknologi digital secara sederhana, misalnya melalui penggunaan telepon genggam dan Microsoft Office - saat ini, sebagian besar UMKM masih termasuk dalam jenjang pertama.
Pada jenjang menengah, UMKM mulai menggunakan teknologi dalam bentuk media sosial dan e-commerce untuk meningkatkan pemasaran produk.
Sementara, pada jenjang lanjutan, UMKM mampu memanfaatkan analisis big data untuk peningkatan produksi maupun pemasaran - hanya 10 persen UMKM yang terletak pada jenjang lanjutan.
“Ketika ingin membantu UMKM dengan meningkatkan partisipasi mereka di sektor ekonomi digital serta menghadirkan lebih banyak peluang, kita harus terlebih dahulu menilai situasi UMKM yang ada saat ini,” ucap Trevi.
Menurutnya, terdapat tiga hal yang melatarbelakangi keterlambatan UMKM dalam memanfaatkan teknologi digital.
Pertama, terdapat kurangnya pemahaman UMKM mengenai potensi manfaat dari penggunaan teknologi digital. Sebagian besar UMKM kini masih terjebak dalam zona nyaman, sehingga enggan mengikuti perkembangan teknologi yang ada.
Kedua, adanya biaya infrastruktur, khususnya bagi UMKM di area pedalaman. Ketiga, adanya risiko yang dikhawatirkan oleh UMKM ketika ingin memanfaatkan teknologi digital, seperti isu keamanan siber dan penipuan digital.
Meski terdapat beberapa hal yang harus diselesaikan, Trevi mengapresiasi berbagai inisiatif yang telah dilakukan berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga sektor swasta.
Di antaranya, Kominfo RI telah menghadirkan program talenta digital untuk mengakselerasi sumber daya manusia, serta dukungan Google yang mencanangkan program pinjaman senilai 2 juta dolar AS untuk pengembangan UMKM di Indonesia.
"Alih-alih menempatkan angka sebagai tujuan utama, kita perlu menaruh perhatian pada bagaimana kita dapat memberikan pembangunan kapasitas pada UMKM. Untuk meningkatkan sumber daya manusia dan talenta digital dalam sektor ekonomi digital, aksi kolaboratif dari para pemangku kepentingan amat dibutuhkan. Selain itu, salah satu pekerjaan rumah kita adalah mengarusutamakan berbagai inisiatif yang telah ada,” pungkas Trevi.
Baca juga: Kadin tekankan pentingnya transformasi ekonomi digital untuk UMKM
Baca juga: Penetrasi internet memudahkan UMKM masuk ke dalam ekosistem digital
Baca juga: Ekonomi digital China tumbuh empat kali lipat dalam satu dekade
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022