Dokter RSUP Sanglah Denpasar, I Gusti Ayu Putu Eka Pratiwi menyampaikan bahwa genetik menyumbang faktor risiko sekitar 16 persen terjadinya wasting (kurus) pada anak.Faktor genetik hanya yang terkecil diantara faktor-faktor tersebut
"Penelitian yang diterbitkan tahun 2020 hanya 16 persen. Ada faktor genetik tapi kecil," ujar I Gusti Ayu Putu Eka Pratiwi dalam diskusi daring di Jakarta, Jumat.
Ia menambahkan terjadinya wasting pada anak tidak hanya dikontribusi oleh satu faktor, terdapat beberapa faktor lainnya seperti asupan makanan, lingkungan, kesehatan hingga aktivitas.
"Banyak faktor yang menentukan, faktor genetik hanya yang terkecil diantara faktor-faktor tersebut," ucapnya.
Baca juga: Hargai 1.000 hari pertama kehidupan agar anak terbebas masalah gizi
Baca juga: Kemenkes sebut anak wasting punya risiko tiga kali lipat stunting
Dengan demikian, lanjut dia, sebagai langkah preventif para orang tua didorong untuk dapat memberikan asupan gizi yang cukup bagi anak saat masa pertumbuhan.
"Jadi dengan nutrisi yang baik sangat berperan dalam memperbaiki dari produk generasi sebelumnya," tuturnya.
ia mengemukakan, wasting merupakan berat badan menurut panjang badan anak berada di bawah rentang normal.
Menurut dia, wasting akan menjadi masalah jangka panjang bila tidak ditangani sehingga bisa mempengaruhi tinggi badan atau stunting.
Jika dilihat dari definisinya, ia mengatakan, stunting sebagai kondisi ketika tinggi badan menurut usia seorang anak berada di bawah minus dua dari standar deviasi.
Kondisi ini, lanjut dia, tidak hanya mengganggu pertumbuhan fisik yang menyebabkan tubuh anak tidak dapat mencapai ketinggian yang layak seperti anak-anak yang tidak mengalami stunting, tetapi juga mempengaruhi intelektualnya.
"Sebenarnya stunting dan wasting itu sama-sama masuk ke kurang gizi, sama-sama kekurangan nutrisi yang cukup," ucapnya.
Sebelumnya, Staf Direktorat Gizi Masyarakat, Kemenkes Hera Nurlita menyampaikan bahwa anak-anak wasting mempunyai risiko tiga kali lipat untuk menjadi stunting.
Menurutnya, untuk menurunkan masalah stunting maka Indonesia harus lebih dulu untuk mengatasi wasting.
Indonesia, lanjut dia, sudah berhasil menekan angka wasting yang sebelumnya 10,2 persen pada 2013 menjadi 7,4 persen pada 2019.
Ia mengemukakan, wasting diukur dari berat badan anak berdasarkan panjang atau tinggi badannya.
"Namun ketika bicara stunting, kita bicara berdasarkan tinggi badan menurut umur untuk yang di bawah dua tahun, atau tinggi badan menurut umur bagi anak-anak di atas dua tahun," paparnya.
Baca juga: Kemenkes: Pandemi COVID-19 jadi tantangan penanggulangan "wasting"
Baca juga: Bappenas: Pemerintah terus berkomitmen atasi wasting dan stunting
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022