• Beranda
  • Berita
  • TNBB: Populasi jalak bali menuju angka stabil dengan upaya konservasi

TNBB: Populasi jalak bali menuju angka stabil dengan upaya konservasi

8 Juli 2022 23:18 WIB
TNBB: Populasi jalak bali menuju angka stabil dengan upaya konservasi
Kepala Balai Taman Nasional Bali Barat (TNBB) Agus Ngurah Krisna saat menjelaskan hasil konservasi jalak bali di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, Jumat (8/7/2022). FOTO ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari.

Harapan kami kalau sudah 452 ekor, pakar ahli burung menyatakan populasi yang aman itu 500 ekor. Ini sudah mendekati, artinya akan stabil meningkat atau menurun sedikit tergantung dari dukungan masyarakat

Kepala Balai Taman Nasional Bali Barat  (TNBB) Agus Ngurah Krisna memastikan bahwa upaya konservasi terhadap burung jalak bali (Leucopsar rothschildi) atau curik berhasil, dengan parameter angka populasinya meningkat menuju angka stabil.

"Burung curik atau jalak bali yang pada 2006 sempat tidak ditemukan di alam dan sekitar 2007 hanya terdapat tujuh sampai 10 ekor sekarang sudah ada sebanyak 452 ekor," katanya di Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, Jumat.

Ia menjelaskan angka tersebut melonjak sejak tahun 2017 sehingga pihaknya optimistis angka 500 ekor akan tercapai pada penghujung 2022, mengingat pemeriksaan dilakukan berkala dua tahun sekali.

"Harapan kami kalau sudah 452 ekor, pakar ahli burung menyatakan populasi yang aman itu 500 ekor. Ini sudah mendekati, artinya akan stabil meningkat atau menurun sedikit tergantung dari dukungan masyarakat," katanya saat ditemui di Plataran Menjangan, TNBB.

Dikemukakannya bahwa konservasi jalak bali ini sesungguhnya telah dilakukan sejak 1990 melalui Unit Suaka Satwa atau penangkaran, di mana burung khas Bali itu disiapkan untuk nantinya dilepaskan.

"Sudah kami siapkan untuk wisata habituasi. Nah di kandang habituasi dua sampai tiga bulan kemudian kami lepaskan ke alam, setelah lepas ke alam kami lakukan monitoring (pemeriksaan) petugas taman nasional di masing-masing resor (wilayah kerja)," katanya.

Saat ini, kata dia, satwa berstatus critical endangered atau hampir punah tersebut dibebaskan dalam hutan-hutan kawasan Taman Nasional Bali Barat, yang dibagi menjadi enam resor, dengan pantauan langsung dari polisi hutan.

"Satu resor seluas 3.000 hektare, terdapat enam resor yaitu resor Gilimanuk, Pulau Menjangan, Berumbun, Labuan Lalang, Teluk Terima, dan Anggar Sari. Paling banyak (Jalak Bali) di resor Labuan Lalang dan Teluk Terima," katanya.

Burung yang diharapkan statusnya turun tidak lagi kritis ini, kata dia, dapat hidup berpindah ke kawasan hutan lainnya, bahkan masuk ke pekarangan warga, sehingga masing-masing resor memiliki jumlah yang berbeda.

"Ini terkait jalur jelajah, tipikal habitat, di Resor Berumbun habitatnya savana, saat musim kemarau tidak ada sumber air dan daun gugur maka burung akan pindah ke areal hutan lain. Sedangkan Resor Labuan Lalang dan Teluk Terima adalah hutan evergreen sepanjang tahun hijau atau hutan hujan dataran rendah dan ada sumber air sungai," katanya.

Di luar resor kawasan hutan, harapannya agar ke depan sebaran jalak bali semakin jauh dan meluas, sehingga dukungan dari masyarakat dinilai penting sebagai salah satu lokasi yang kerap dipilih curik untuk menetap, demikian Agus Ngurah Krisna.

Baca juga: Yokohama sumbang jalak bali ke Indonesia

Baca juga: Jalak Bali Jangan Punah Seperti Harimau

Baca juga: Keragaman genetik jalak bali cenderung homogen

Baca juga: Di tengah Ancaman Kepunahan, Curik Bali Menetas di TSI Cisarua

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022