"Saat ini masih ada tujuh pasien yang dirawat, jika sampai pukul 21.00 mereka belum stabil akan dirujuk ke KKHI (Kantor Kesehatan Haji Indonesia)," kata Kepala Pos Layanan Kesehatan Arafah Agus Sultoni di Arafah, Jumat.
Sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menjenguk pasien yang dirawat di Pos Layanan Kesehatan Arafah untuk memberikan semangat kepada mereka agar cepat sembuh.
Agus mengatakan sejak hari pertama pos layanan kesehatan beroperasi di Arafah pada Kamis (7/7) hingga selesai pelaksanaan wukuf, sebanyak 80 orang anggota jamaah sudah dirawat.
Sebagian besar yang dirawat mengalami sengatan panas karena terpapar langsung sinar Matahari. Mereka juga sebelumnya memiliki penyakit penyerta.
Baca juga: Sapa jamaah, Menag ingatkan jaga kesehatan selama puncak haji
Akibat sengatan panas dan penyakit komorbid yang dimiliki kambuh kembali, Agus mengatakan, pasien pingsan dan suhu tubuh mencapai 41 derajat Celsius.
Langkah utama yang dilakukan dengan memakaikan rompi penurun suhu untuk menurunkan suhu tubuh pasien yang tinggi. Setelah stabilisasi, mereka bisa kembali ke maktab masing-masing.
Selain itu, satu pasien dirujuk ke RS Arab Saudi karena mengalami stroke.
Sebelumnya, delapan calon haji yang mengalami sengatan panas di Arafah berhasil diselamatkan dan sehat kembali berkat rompi penurun suhu dari bahan carbon cool.
Rompi penurun suhu merupakan inovasi yang dilakukan Kementerian Kesehatan untuk penanganan kasus sengatan panas pada jamaah haji pada fase Armuzna.
Sebanyak 10 jaket disiapkan untuk petugas, sedangkan 20 jaket untuk pertolongan pertama pada anggota jamaah.
Teknologi carbon cool digunakan karena memiliki daya tahan dingin yang lama hingga 8-12 jam, jauh lebih lama dibandingkan dengan penggunaan es atau ice gel, tidak cepat mencair, dan tidak basah.
Baca juga: Rompi penurun suhu terbukti bermanfaat bagi jamaah di Arafah
Baca juga: 136 calon haji jalani safari wukuf dan 51 orang dibadal haji
Baca juga: Alami sengatan panas, pos kesehatan di Arafah layani jamaah dehidrasi
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022