Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken memuji kepemimpinan Indonesia di G20 karena selalu berupaya mengeluarkan hasil yang konkret pada berbagai pertemuan, termasuk Pertemuan Menteri Luar Negeri (FMM) G20 minggu ini.Kami akan melihat apakah dalam beberapa hari dan minggu ke depan, Rusia mau bekerja sama.
Blinken menyampaikan langkah itu sejalan dengan pihaknya yang menghendaki hasil konkret pada rangkaian pertemuan G20 yang puncaknya bakal berlangsung di Konferensi Tingkat Tinggi (G20 Leaders’ Summit) pada 15-16 November 2022 di Nusa Dua, Badung, Bali.
“Indonesia dalam kepemimpinannya di G20 menempatkan isu-isu yang penting dan mendesak untuk dibahas oleh negara-negara yang berpengaruh di perekonomian dunia. Kita melihat bersama saat pertemuan, Menteri Luar Negeri (Retno Marsudi) memimpin diskusi dan berusaha memperoleh hasil yang konkret,” kata Blinken saat menjawab pertanyaan wartawan pada sesi jumpa pers di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu.
Menurut dia, upaya itu membuktikan peran penting yang dimainkan Indonesia selama kepemimpinannya di G20.
“Amerika Serikat sangat menghargai upaya Indonesia itu,” kata dia.
Oleh karena itu, Blinken sebelum menutup pernyataannya pada sesi jumpa pers, mengucapkan terima kasih kepada kepemimpinan Indonesia di G20.
Ia meyakini berbagai pertemuan G20, termasuk pertemuan puncak pada November 2022, dapat memberi hasil yang konkret dan bermanfaat bagi warga dunia.
Dalam kesempatan yang sama, Blinken mengatakan bahwa negara-negara anggota G20 perlu membuat langkah-langkah yang berdampak pada penyelesaian masalah global dan perekonomian dunia, di antaranya krisis akibat agresi Rusia di Ukraina, krisis pangan, krisis iklim, dan naiknya harga bahan bakar/energi.
Ia menegaskan bahwa tidak ada satu pun negara yang dapat menyelesaikan masalah itu sendiri. Oleh karena itu, menurut Blinken, pertemuan G20 menjadi alat yang tepat untuk duduk bersama dan mencari strategi yang tepat untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
“(G20) mewakili negara-negara yang perekonomiannya memimpin di dunia, yang memiliki sumber daya, dan karena itu mereka dapat berbuat sesuatu untuk menghadapi tantangan global itu,” kata Menlu AS itu.
Ia mencontohkan bagaimana kerja sama multilateral, termasuk yang juga dilakukan oleh G20, dapat mengatasi masalah pengadaan dan distribusi vaksin COVID-19.
“Berkat kerja negara-negara anggota G20, kami mampu meningkatkan akses produksi vaksin. Kami dapat memastikan negara-negara lain punya cadangan uang (saat krisis), dan menerima keringanan pembayaran utang sehingga negara-negara dapat fokus menanggulangi pandemi,” kata Blinken.
Dalam kesempatan yang sama, ia menyampaikan ada dua isu yang menjadi fokus pembahasan pada Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 di Nusa Dua, Badung, Bali, Jumat (8/7).
“Pertama, kami membahas bagaimana membangkitkan kembali semangat multilateralisme, dan itu menjadi alat untuk mencapai tujuan bersama,” katanya.
Kedua, lanjut Blinken, ada diskusi yang intens untuk membahas ketahanan pangan. Terkait hal itu, ia menyinggung aksi blokade Rusia di Laut Hitam dan Odessa yang menghambat distribusi gandum dari Ukraina ke negara-negara pengimpor.
Di FMM G20, Blinken menyebut beberapa negara meminta Rusia mencabut blokade itu.
"Jadi, kami akan melihat apakah Rusia menerima pesan itu. Kami akan melihat apakah dalam beberapa hari dan minggu ke depan, Rusia mau bekerja sama,” kata Blinken.
Baca juga: Blinken sebut pertemuan dengan Wang Yi di Bali konstruktif
Baca juga: Menlu AS, China adakan pembicaraan pertama sejak Oktober 2021
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022