"Komitmen pendanaan FIF yang terkumpul sampai saat ini masih di posisi 1,1 miliar dolar Amerika Serikat," kata Juru Bicara Indonesia untuk G20, Siti Nadia Tarmizi yang dikonfirmasi di Jakarta, Selasa siang.
Nadia yang juga Sekretaris Ditjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI itu mengatakan langkah diplomasi Indonesia dalam mengumpulkan komitmen FIF dilakukan sejak Pertemuan Pertama Menteri Kesehatan G20 (1st HMM) di Yogyakarta pada 20-21 Juni 2022.
Baca juga: Bank Dunia setujui pembentukan FIF untuk kesiapan pandemi
"Pertemuan para Menteri Kesehatan G20 kedua akan disampaikan tambahan komitmen dari yang ada saat ini melalui diplomasi yang dilakukan oleh Indonesia ke negara-negara G20," katanya.
Dikatakan Nadia, FIF dibentuk untuk Pencegahan, Kesiapsiagaan, dan Respons (PPR) Pandemi di bawah pengawasan Bank Dunia dan panduan teknis dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Menteri Kesehatan Indonesia Budi Gunadi Sadikin dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, yang mengepalai Pertemuan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Kesehatan G20 (JFHMM) pertama menyampaikan komitmen kontribusi dari lima negara dan satu lembaga internasional.
Selain Bank Dunia dan WHO, organisasi pembangunan, badan-badan PBB, dan bank pembangunan multilateral lainnya diharapkan bergabung dalam FIF.
Nadia mengatakan FIF akan membangun arsitektur kesehatan global untuk PPR, sesuai konteks Peraturan Kesehatan Internasional (IHR 2005), dengan peran sentral WHO dalam pengawasan dan teknis.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan sejak awal pembentukan Gugus Tugas Gabungan Keuangan-Kesehatan G20 telah mendiskusikan lebih lanjut tentang FIF, yang dikenalkan tahun 2021, saat kepemimpinan Italia dalam Presidensi G20.
"Saya percaya bahwa secara bersama-sama, kita akan memiliki hasil konkret di bulan Oktober, termasuk peluncuran FIF dan mengkoordinasikan kolaborasi platform," kata Budi Gunadi Sadikin.
Sekitar 1,1 miliar dolar AS lebih komitmen kontribusi dari lima negara dan satu organisasi internasional. Indonesia berkomitmen memberikan kontribusi sebesar 50 juta dolar AS, Singapura 10 juta dolar AS, Amerika Serikat 450 juta dolar AS, Uni Eropa 450 juta dolar AS, Jerman 52,7 juta dolar AS, dan Wellcome Trust 12,3 juta dolar AS.
Baca juga: Jubir: 1st HMM Yogyakarta sepakati pembentukan FIF dan konsep GISAID+
Tujuan FIF adalah memberikan bantuan pendanaan untuk menutup celah pendanaan PPR pandemi sekaligus meningkatkan kapasitas negara-negara di bidang surveilans kesehatan, sistem laboratorium, tenaga kerja kesehatan, manajemen dan komunikasi kegawatdaruratan, serta keterlibatan komunitas.
FIF juga bisa membantu memperkuat kapasitas ketahanan kesehatan secara regional maupun global, dengan cara memperkuat fasilitas berbagai data, penyelarasan peraturan, pengembangan, pembelian, distribusi, dan penyaluran alat, dan bantuan kesehatan.
Menteri Sri Mulyani dalam pertemuan di Yogyakarta menyebut dana akan bersifat inklusif dan bisa diakses oleh negara dengan penghasilan rendah dan menengah. Targetnya, FIF bisa diluncurkan pada musim gugur 2022.
Prinsip utama FIF adalah menambah dan memperkuat institusi yang sudah menjalankan pendanaan untuk PPR Pandemi, dengan cara memanfaatkan sumber daya yang lebih luas dari sektor swasta, filantropi, dan bilateral.
Dewan Bank Dunia menyebut FIF akan mendanai investasi penting bagi penguatan PPR Pandemi dalam skala nasional, regional, dan global secara transparan dengan fokus utama pada negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Keberhasilan Indonesia sebagai pemimpin Presidensi G20 mengumpulkan komitmen kontribusi lebih dari 1,1 miliar dolar AS mendapat tanggapan positif dari Presiden Bank Dunia, David Malpass.
Baca juga: Indonesia galang dukungan bentuk pendanaan kesehatan global permanen
Baca juga: G20 dorong mekanisme keuangan baru untuk atasi ketimpangan kesehatan
"Saya bangga dengan dukungan yang luar biasa dari para pemegang saham untuk FIF yang dikelola Bank Dunia. Bank Dunia adalah penyumbang dana terbesar untuk PPR Pandemi yang aktif beroperasi di lebih dari 100 negara berkembang untuk memperkuat sistem kesehatan mereka," katanya.
David Malpass mengatakan FIF juga akan memberikan tambahan dana jangka panjang untuk mendukung negara dan kawasan berpenghasilan rendah mempersiapkan diri menghadapi pandemi selanjutnya.
Dalam pertemuan di Yogyakarta juga disetujui adanya verifikasi internasional terkait sertifikat vaksin COVID-19 dan protokol kesehatan untuk mempermudah mobilitas.
Juga dibahas pengembangan Pusat Manufaktur dan Penelitian Global untuk PPR, terutama produksi vaksin, obat-obatan, dan alat diagnosis di negara-negara berkembang.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022