“Ini mengharuskan desa-desa mengingat kembali kekuatannya yang menjadi karakter dasar dan akarnya,” kata Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud Ari Dwipayana dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa.
Ari mengingatkan bahwa saat ini potensi itu bisa terancam oleh perubahan sistem nilai baru yang memunggungi sungai dan menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan.
Baca juga: Ari Dwipayana jelaskan aliran sungai sebagai pusat peradaban
Ari Dwipayana yang merupakan Koordinator Staf Khusus Presiden ini berharap kehadiran desa wisata tidak menjadi latah dan bersifat administratif saja. Persoalan desa wisata menjadi pekerjaan rumah bagi Provinsi Bali agar bisa merancang sistem kepariwisataan yang memadukan potensi yang dimiliki Bali.
“Kemajuan Nusa Dua, Kuta, Sanur, dan Ubud harus bisa menggeret desa-desa yang lain,” kata Ari.
Sistem kepariwisataan yang menguntungkan masyarakat desa sekaligus mengonservasi alam dan budaya harus terus diperjuangkan karena akan menjadi fondasi kemajuan Indonesia.
Baca juga: Yayasan Puri Kauhan Ubud tanam pohon Bodi saat Tumpek Wariga
Rangkaian program ini diluncurkan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi RI Abdul Halim Iskandar. Acara seminar dibuka Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo.
Dalam sambutannya, Abdul Halim Iskandar menyatakan bahwa saat ini menjadi momentum yang tepat bagi desa-desa di Bali untuk kembali meningkatkan ekonomi melalui desa wisata.
Apalagi, desa-desa di sepanjang aliran Tukad Oos memiliki potensi alam dan budaya yang bisa menjadi kekuatan pariwisata.
“Jangkauan wisatawan di desa wisata Bali bukan hanya dari sekitar desa sendiri, melainkan meluas dari luar kota, bahkan dari mancanegara. Apalagi, Pemerintah Indonesia terus menggaungkan agar wisatawan berkunjung ke Bali. Pertemuan-pertemuan penting antarnegara terus diselenggarakan di Bali,” kata Abdul Halim.
Pemerintah Indonesia menargetkan hingga 2024 ada 244 desa wisata masuk dalam kategori desa maju dan desa mandiri serta tersertifikasi berkelanjutan.
Baca juga: Yayasan Puri Kauhan Ubud dan KAGAMA bersih-bersih sumber air desa adat
“Kita sudah melebihi target. Ada 293 desa wisata maju dan mandiri. Sebanyak tiga desa di Kawasan DAS (Daerah Aliran Sungai) Oos sudah masuk platform JADESTA (Jejaring Desa Wisata), bahkan Desa Wisata Taro sudah mendapat sertifikasi berkelanjutan pada tahun 2021,” jelas Angela Tanoesoedibjo.
Angela berharap agar tujuh desa lainnya bisa segera masuk ke platform JADESTA.
Setelah seminar, acara yang didukung PT Pertamina Persero, Fakultas Pariwisata Udayana, dan Godevi akan menggelar pelatihan bagi desa-desa di sepanjang daerah aliran Tukad Oos.
Adapun sepuluh desa yang terlibat, antara lain Desa Singapadu Tengah, Desa Batuan, Desa Lodtunduh, Desa Sayan, Desa Singakerta, Desa Keliki, Desa Buahan, Desa Bukian, Desa Kerta, dan Desa Taro.
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022