Kalangan dunia usaha menilai perlambatan kinerja yang dialami banyak startup atau usaha rintisan di Indonesia sebagai dampak kondisi global dinilai bersifat sementara dan segera bangkit kembali.Perlambatan yang dihadapi hanya bersifat sementara sebagaimana musim dingin yang akan berganti menjadi musim semi
Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi dalam rilis di Jakarta, Rabu menyampaikan optimisme bahwa startup di Indonesia akan bersemai kembali.
"Bukan pertama kalinya Indonesia berada dalam periode yang sulit. Kita sudah mengalami pahitnya dua krisis ekonomi sebelumnya di tahun 1998 dan 2009, namun tidak menyurutkan tekad dan rasa percaya untuk terus menerobos maju. Kalau kita melihat posisi kita sekarang, kita bisa bangkit dan bahkan terus bertumbuh," katanya.
Neneng mengemukakan, sejumlah data pada tahun 2021 lalu juga telah membuktikan bahwa Indonesia merupakan salah satu pendorong ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara.
Data itu mengacu pada sebuah riset yang mengatakan bahwa ekonomi digital Indonesia diproyeksikan menyentuh 146 miliar dolar AS pada 2025.
"Tentunya, hal tersebut tidak terlepas dari kepercayaan investor terhadap startup dalam negeri yang berhasil berkontribusi meraih 42 persen dari total pendanaan yang disuntik ke wilayah Asia Tenggara selama tahun 2021 lalu," ucapnya.
Neneng berpendapat bahwa hal kunci yang harus dimiliki pengusaha agar tetap berdiri tangguh selama periode sulit adalah fokus pada pengembangan produk dengan memanfaatkan data yang ada dan masukan dari pengguna, mempercepat jalan menuju profitabilitas, serta kemampuan yang lincah untuk melakukan manuver bisnis apabila diperlukan.
Sejumlah usaha rintisan tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negara maju seperti Amerika Serikat memperoleh dampak berkepanjangan dari kondisi makroekonomi, geopolitis, serta pandemi COVID-19 sehingga banyak pihak berpendapat bahwa industri ini tengah berada dalam kondisi tech winter (musim dingin teknologi).
Meski demikian, banyak penggiat usaha rintisan dalam negeri yang masih optimis akan kemampuan dan potensi talenta Tanah Air untuk bertahan di masa sulit, antara lain seperti Grab dan BRI Ventures.
CEO BRI Ventures Nicko Widjaja meyakini bahwa perlambatan yang dihadapi hanya bersifat sementara sebagaimana musim dingin yang akan berganti menjadi musim semi.
Guna membantu pengusaha menavigasi masa sulit, belum lama ini Grab dan BRI Ventures kembali membuka program akselerasi gabungan Grab Velocity Ventures (GVV) Batch 5 X Sembrani Wira. Turut bekerja sama dengan Alpha JWC Ventures, pembukaan registrasi telah berlangsung sejak 21 Juni dan akan berakhir pada 22 Juli.
Di gelombang kelima, target utama dari program ini adalah startup yang menawarkan produk/solusi bagi UMKM dan mereka yang memiliki model bisnis direct-to-consumer (D2C).
Dalam program intensif selama 12-16 minggu tersebut, peserta yang biasanya terdiri dari para founding team akan dibekali dengan mentorship dan workshop untuk mengasah strategi bisnis. Ciri khas dari program ini adalah rangkaian program uji coba produk/solusi di ekosistem Grab yang memiliki basis konsumen dan mitra yang besar.
Terakhir, para peserta terpilih juga akan mendapatkan akses networking dan pitching dengan modal ventura lokal maupun global untuk meningkatkan kesempatan mereka mendapatkan pendanaan.
Baca juga: "Startup agritech" CROWDE dampingi petani cabe hingga panen
Baca juga: Startup perlu jaga visi jangka panjang hadapi tantangan ekonomi
Baca juga: Lima belas startup SSI batch 4 masuki tahap akhir program inkubasi
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022