• Beranda
  • Berita
  • IRENA sebut ada dua tantangan transisi energi di Indonesia

IRENA sebut ada dua tantangan transisi energi di Indonesia

27 Juli 2022 22:15 WIB
IRENA sebut ada dua tantangan transisi energi di Indonesia
Direktur Jenderal IRENA Francesco La Camera dalam sebuah wawancara di sela kunjungan kerjanya di Jakarta, Rabu (27/7/2022). ANTARA/Sugiharto purnama.

Saya pikir ini bisa kembali ke pertanyaan pertama karena grid adalah tantangan utama, sudut pandang saya, grid dan legal environment

Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) mengungkapkan bahwa integrasi jaringan listrik dan regulasi masih menjadi tantangan dalam penerapan program transisi energi di Indonesia.

Direktur Jenderal IRENA Francesco La Camera mengatakan pencapaian Kesepakatan Paris dipertaruhkan mengingat permintaan energi akan tumbuh lebih cepat.

"Saya pikir ini bisa kembali ke pertanyaan pertama karena grid adalah tantangan utama, sudut pandang saya, grid dan legal environment," kata Francesco dalam sebuah wawancara di sela kunjungan kerjanya di Jakarta, Rabu.

Pada 4 November 2021, IRENA bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah sepakat membangun kemitraan dan kerja sama yang lebih intensif dalam identifikasi serta penerapan peta jalan pengurangan emisi gas rumah kaca.

IRENA akan menyiapkan peta jalan transisi energi yang komprehensif, mengidentifikasi tindakan kebijakan utama, solusi teknologi dan program pengembangan industri untuk mencapai tujuan dan target energi terbarukan jangka menengah dan panjang, serta tujuan dekarbonisasi di Indonesia.

Kerja sama itu juga mencakup penilaian manfaat sosial ekonomi dari transisi energi dengan penekanan pada pembentukan rantai nilai baru, penciptaan dan peningkatan lapangan kerja.

Francesco menuturkan kolaborasi tersebut akan memastikan jaringan listrik yang lebih mampu menerima energi terbarukan dan regulasi yang dapat memberikan lebih banyak kepercayaan investor untuk datang menanamkan modal.

IRENA akan membantu Indonesia dalam penyiapan regulasi transisi energi dengan menghadirkan pandangan energi domestik yang juga melibatkan organisasi forum investasi.

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa skenario pembatasan suhu bumi agar tidak melebihi target 1,5 derajat Celsius adalah panduan utama yang harus diikuti oleh semua negara.

"Bagi Indonesia, sejauh yang kami lihat, jaringan listrik adalah prioritas dan legal environment mungkin harus dilakukan beberapa perbaikan yang juga selaras dengan utilitas di negara ini," pungkas Francesco.


Baca juga: Menteri ESDM tekankan komitmen RI bertransisi menuju energi bersih
Baca juga: PLN: 50 persen tambahan kapasitas pembangkit listrik 2030 berbasis EBT
Baca juga: KemenESDM pacu infrastruktur EBT guna capai target bauran 23 persen

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022