• Beranda
  • Berita
  • Kepadatan penduduk alasan DBD di Jakarta Selatan melonjak

Kepadatan penduduk alasan DBD di Jakarta Selatan melonjak

28 Juli 2022 23:44 WIB
Kepadatan penduduk alasan DBD di Jakarta Selatan melonjak
Arsip - Petugas Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan melakukan pengasapan (fogging) untuk membasmi nyamuk Aedes aegypti pembawa virus penyebab demam berdarah di Kelurahan Petukangan Utara, Jakarta, Kamis (7/7/2022). Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono mengungkap hingga akhir Juni 2022, total secara kumulatif kasus demam berdarah dengue sudah mencapai 52.313 orang, 448 di antaranya meninggal dunia tersebar di 451 kabupaten atau kota di 34 provinsi. ANTARA FOTO/Subur Atmamihardja/wsj.
Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan menyampaikan kepadatan penduduk menjadi alasan kasus demam berdarah dengue (DBD) tergolong tinggi di wilayah tersebut terutama Kecamatan Pasar Minggu periode Januari hingga Juli 2022.

"Kasus demam berdarah di Pasar Minggu karena jumlah penduduk yang banyak menjadi penyebabnya," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Jakarta Selatan, Fitria Ramdhita saat dihubungi ANTARA, Jakarta, Kamis.

Baca juga: Kecamatan Pasar Minggu catat kasus DBD tertinggi di Jakarta Selatan

Tak hanya kepadatan penduduk, Fitria menambahkan beberapa faktor lainnya, seperti kawasan Pasar Minggu yang memiliki banyak lahan kosong dan suhu teduh yang cocok untuk perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti.

Menurut Fitria, jumlah kasus DBD di Pasar Minggu yang sejumlah 167 orang memang yang paling tinggi. Namun jumlahnya tidak terlalu jauh dengan Kecamatan Pesanggarahan berjumlah 156 orang.

"Kalau secara jumlah kasus kumulatif memang kecamatan pasar Minggu yg tertinggi, tidak terlalu jauh dengan Pesanggrahan," tuturnya.

Sementara itu, Camat Pasar Minggu Arief Wibowo menuturkan selain adanya banyak lahan kosong, DBD ini juga disebabkan karena pandemi COVID-19.

Baca juga: Pasien DBD di Kelurahan Pondok Labu bertambah enam orang

Arief mengatakan pihaknya sudah dari lama bekerja bakti membersihkan lingkungan termasuk adanya juru pemantau jentik (jumantik). Namun pandemi COVID-19 membuat segala kegiatan tertunda.

Menurutnya tak hanya genangan air dalam bak atau gelas saja yang menjadi sasaran sarang jentik nyamuk berada, namun juga air yang menetes dari belakang kulkas.

"Ini kan sempat COVID-19 kurang lebih dua tahun, jadi kegiatan para jumantik juga ikut tertunda sehingga menyebabkan jentik nyamuk menumpuk," tutur Arief.

Arief berharap kasus demam berdarah dengue (DBD) di Jakarta Selatan yang tinggi semakin menambah semangat para jumantik dan warga lainnya untuk terus menjaga kebersihan serta kesehatan lingkungan guna bebas dari penyakit tersebut.

Baca juga: Lahan kosong jadi penyebab tingginya kasus DBD di Jakarta Selatan

Pewarta: Luthfia Miranda Putri
Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2022