Rupiah ditutup naik 88 poin atau 0,59 persen ke posisi Rp14.834 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.922 per dolar AS.
"Data ekonomi AS kembali terkontraksi pada kuartal kedua tahun ini, memicu spekulasi bahwa Fed tidak akan menaikkan suku secara agresif seperti yang diperkirakan sebelumnya," kata Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam kajiannya di Jakarta, Jumat.
Usai data ekonomi Negeri Paman Sam dirilis, ia mengungkapkan dolar AS turun ke level terendah enam minggu terhadap mata uang lainnya pada Jumat, mengikuti penurunan imbal hasil obligasi AS.
Produk Domestik Bruto (PDB) AS yang dirilis pada hari Kamis (28/7) turun pada tingkat tahunan 0,9 persen pada triwulan II-2022. Dengan kuartal pertama mengalami kontraksi sebesar 1,6 persen, maka dua kuartal kontraksi berturut-turut secara luas dipandang oleh para ekonom sebagai sinyal resesi teknis.
The Fed, pada hari Rabu (27/7), menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin menjadi 2,25 persen sampai 2,5 persen, seperti yang diharapkan pasar.
Ketua Fed Jerome Powell mengatakan dia tidak berpikir AS berada dalam resesi, berdasarkan kekuatan pasar tenaga kerja.
Namun dengan data pertumbuhan ekonomi AS yang baru saja keluar, Ibrahim menilai pasar telah memperkirakan kemungkinan bahwa Fed akan memperlambat laju kenaikan suku bunga menjadi setengah poin pada pertemuan berikutnya di bulan September 2022.
"Tren kenaikan suku bunga di bulan berikutnya kemungkinan tidak seagresif bulan-bulan sebelumnya sehingga pasar finansial sedikit stabil dan kembali tenang," tuturnya.
Rupiah pada pagi hari dibuka menguat 56 poin atau 0,37 persen ke posisi Rp14.866 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.829 per dolar AS hingga Rp14.886 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat menguat ke level Rp14.860 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.958 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah akhir pekan dibuka menguat, di tengah AS masuki resesi teknikal
Baca juga: Ekonom sebut pemerintah bisa pakai devisa untuk jaga volatilitas pasar
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022