Wapres, dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat, menyambut baik Risalah Umat Islam untuk Indonesia Lestari dan meminta persatuan umat mengantisipasi perubahan iklim.
Adapun para kolaborator yang membacakan risalah merupakan penggagas dan penyelenggara Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari, yang terdiri dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Majelis Lingkungan Hidup (MLH) PP Muhammadiyah, Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Republika, Departemen Politik dan Pemerintahan (DPP) Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Istiqlal Global Fund (IGF).
"Isu yang diangkat dalam kongres ini yakni lingkungan hidup dan perubahan iklim, menjadi isu krusial baik di tingkat lokal, nasional maupun global, sehingga semua pihak dituntut berpartisipasi dalam upaya mengatasi dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim tersebut," ujar Wapres dalam sambutan usai menerima risalah.
Wapres menambahkan fenomena perubahan iklim seperti terjadinya pemanasan global tidak terlepas dari ulah dari manusia sendiri yang lalai dalam berinteraksi dengan alam lingkungan sekitar.
Baca juga: Wapres Ma'ruf: Kasus ACT dorong transparansi lembaga sosial Islam
Wapres mengingatkan, kerusakan lingkungan telah menjadi penyebab semakin bertambahnya kejadian bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan.
Wapres berharap, dengan adanya komitmen dan kolaborasi internasional maka upaya mengatasi perubahan iklim dapat berjalan secara lebih baik.
Wapres juga menekankan ajaran dalam agama Islam yang melarang manusia melakukan perusakan di atas bumi, seperti dalam Al-Quran Al-A’raf Ayat 56, “Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik”.
"Saya mengimbau para tokoh ulama serta umat Islam diharapkan berperan aktif untuk dapat menyampaikan isu-isu terkait kerusakan lingkungan. Saya berharap Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari dapat menghasilkan rekomendasi dan aksi tindak lanjut secara konkret dalam menyikapi perubahan iklim, sehingga nantinya menjadi cerminan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin," ujarnya.
Sementara Pemimpin Redaksi Republika Irfan Junaidi sebagai salah satu inisiator mengatakan ada tiga tujuan yang disasar melalui Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari.
Tujuan pertama adalah awareness (kesadaran) masyarakat, khususnya umat Islam untuk bertanggung jawab menata lingkungan dan melestarikan lingkungan karena itu merupakan tanggung jawab bersama.
Baca juga: Wapres sebut pertemuan dengan Anies Baswedan tidak ada unsur politik
Tujuan selanjutnya adalah menginternalisasikan ajaran-ajaran Islam yang membahas tentang lingkungan. Menurutnya, ada banyak ayat Al-Quran dan hadits yang melarang merusak lingkungan dan wajib menjaga lingkungan.
Irfan berharap, dengan adanya kesadaran dari internalisasi ajaran agama akan melahirkan kerja bersama.
“Tujuan ketiga, yaitu adanya kerja sama. Kita mencoba merangkai supaya elemen umat semuanya bisa bekerja bersama untuk melestarikan lingkungan dan mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan. Mudah-mudahan acara ini sesuai yang diharapkan dan sangat berharap adanya masukan, gagasan dan ide dari Wakil Presiden supaya apa yang kami laksanakan ke depan bisa berjalan dengan baik,” ujarnya.
Sementara itu Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar menekankan perlunya masjid menjadi tempat menanamkan kesadaran lingkungan hidup pada umat.
Ia mencontohkan Masjid Istiqlal yang telah menerima sertifikat Excellence in Design for Greater Efficiencies (EDGE) dari lembaga Internasional Finance Corporation melalui Country Manager IFC.
"Ini sangat penting. Tidak mungkin kita bisa menghijaukan lingkungan kalau pikiran dan hati orang tidak hijau. Fungsi masjid itu bagaimana menghijaukan pikiran dan hati, serta lingkungan," kata Nasaruddin Umar.
Baca juga: Wapres minta MUI bentuk Pusat Dakwah Islam
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2022