• Beranda
  • Berita
  • Bursa saham negara berkembang stabil di tengah ketegangan geopolitik

Bursa saham negara berkembang stabil di tengah ketegangan geopolitik

3 Agustus 2022 16:28 WIB
Bursa saham negara berkembang stabil di tengah ketegangan geopolitik
Ilustrasi - Sejumlah calon investor mengamati pergerakan angka saham pada layar monitor di Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE) Malaysia. (ANTARA/REUTERS/Olivia Harris/aa)
Penurunan saham China daratan di tengah meningkatnya ketegangan China-Amerika Serikat (AS) atas Taiwan mengimbangi kenaikan di sebagian besar bursa pasar negara berkembang lainnya pada Rabu, sementara mata uang Turki datar setelah inflasi naik kurang dari yang diharapkan, meskipun berada di level tertinggi 24 tahun.

Gesekan geopolitik meningkat setelah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan, membuat marah China yang menganggap pulau itu miliknya.

Saham China daratan, kelas berat pada indeks pasar negara berkembang yang lebih luas, turun lebih dari 0,7 persen. Saham Taiwan naik tipis 0,2 persen.

Dolar Taiwan, yang telah mencapai posisi terendah April 2020 pada Selasa (2/8/2022), terakhir turun 0,1 persen terhadap greenback, sementara yuan China datar.

"Kekhawatiran atas ketegangan geopolitik akan terus memberikan tekanan pada aset-aset Taiwan secara luas, tetapi sikap yang lebih tenang di kedua belah pihak kemungkinan akan mencegah eskalasi yang tidak menyenangkan," kata ahli strategi Citigroup dalam sebuah catatan.

Baca juga: IHSG diprediksi bergerak datar, di tengah ketegangan geopolitik Asia

Sementara saham India dan Malaysia melemah, sebagian besar indeks Asia lainnya menambah keuntungan. Di tempat lain, indeks saham BIST 100 Turki meningkat 1,0 persen, sementara indeks utama Afrika Selatan naik untuk pertama kalinya minggu ini. Saham Hongaria mencapai tertinggi 10-minggu.

Sentimen risiko telah sangat berkurang tahun ini karena perang Rusia-Ukraina, lonjakan inflasi yang mendorong pengetatan kebijakan moneter yang agresif oleh bank-bank sentral utama dan pembatasan COVID-19 China.

Indeks MSCI dari saham pasar negara berkembang telah merosot 20 persen sepanjang tahun ini, sementara mata uang telah menyerah 4,5 persen, di jalur untuk tahun terburuk sejak 2015.

Pada Rabu, lira Turki tidak berubah terhadap dolar yang stabil setelah inflasi naik menjadi 79,6 persen pada Juli dari 78,62 persen pada Juni, berkat pelemahan mata uang yang berkelanjutan dan biaya energi dan komoditas global. Angka tersebut berada di bawah ekspektasi 80,5 persen.

Baca juga: Rupiah dibuka melemah, pasar menunggu rilis data pertumbuhan ekonomi

"Kenaikan moderat menunjukkan bahwa inflasi (di Turki) mendekati puncaknya," kata Ekonom Senior Pasar Negara Berkembang di Capital Economics, Jason Tuvey.

"Tapi itu akan tetap mendekati tingkat yang sangat tinggi ini selama beberapa bulan lagi ... Tidak ada tanda bahwa bank sentral Turki akan menaikkan suku bunga serta risiko penurunan tajam dan tidak teratur dalam lira tetap tinggi."

Lira sudah turun 26 persen sepanjang tahun ini.

Rand Afrika Selatan naik 0,8 persen setelah merosot 2,0 persen dalam perdagangan risk-off (penghindaran risiko) Selasa (2/8/2022).

Data indeks manajer pembelian (PMI) dari negara tersebut menunjukkan pertumbuhan aktivitas sektor swasta meningkat untuk bulan ketiga berturut-turut pada Juli karena peningkatan pesanan baru, produksi dan jumlah pekerjaan.

Baca juga: Menperin sebut PMI manufaktur ke tertinggi 3 bulan sebagai dampak P3DN
Baca juga: PMI Manufaktur Juli kembali naik, berada di level ekspansif 51,3

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022