• Beranda
  • Berita
  • BMKG: Tiga wilayah di NTT berstatus awas bencana kekeringan

BMKG: Tiga wilayah di NTT berstatus awas bencana kekeringan

4 Agustus 2022 14:49 WIB
BMKG: Tiga wilayah di NTT berstatus awas bencana kekeringan
Ilustrasi - Lahan pertanian yang tandus saat musim kemarau di Kabupaten Kupang, Pulau Timor, NTT. (ANTARA/Aloysius Lewokeda)

Masyarakat perlu menghindari praktik yang memicu titik api

Stasiun Klimatologi Kelas II Kupang Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan sebanyak tiga wilayah yang tersebar Nusa Tenggara Timur (NTT) berstatus awas bencana kekeringan meteorologi akibat musim kemarau.

"Status awas kekeringan dialami wilayah Kecamatan Rote Barat Laut Kabupaten Rote Ndao, Kecamatan Raijua Kabupaten Sabu Raijua, dan Kecamatan Haharu Kabupaten Sumba Timur," kata Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Kupang BMKG Rahmattulloh Adji dalam keterangan yang diterima di Kupang, Kamis.

Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan peringatan dini kekeringan meteorologi di wilayah NTT.

Rahmattulloh menjelaskan ketiga wilayah tersebut mengalami Hari Tanpa Hujan (HTH) lebih dari 61 hari dengan peluang di atas 70 persen.

Baca juga: BMKG sampaikan peringatan dini bencana kekeringan di NTT

Baca juga: NTT antisipasi karhutla pada musim kemarau


Sementara itu, umumnya wilayah lain di NTT juga mengalami HTH lebih dari 31 hari dengan status waspada kekeringan.

Ancaman bencana kekeringan ini, kata dia perlu diwaspadai masyarakat karena dapat berdampak pada sektor pertanian dengan sistem tadah hujan.

Ia menyarankan agar kegiatan menanam diutamakan pada tanaman yang tidak membutuhkan banyak air sehingga berpeluang memberikan hasil untuk dipanen.

Selain itu juga berdampak pada berkurangnya ketersediaan air tanah sehingga menyebabkan kelangkaan air bersih sehingga diharapkan masyarakat dapat menghemat penggunaan air.

Rahmattulloh menambahkan selain itu kekeringan juga dapat meningkatkan potensi kemudahan terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang bisa meluas dengan cepat saat terjadi angin kencang yang bersifat kering.

"Masyarakat perlu menghindari praktik yang memicu titik api seperti membuka lahan dengan cara membakar maupun membuang puntung rokok secara sembarangan di area terbuka," katanya.

Ia berharap masyarakat di NTT terus mewaspadai dampak musim kemarau dengan melakukan upaya-upaya untuk antisipasi guna meminimalisir dampak kerugian akibat bencana kekeringan.

Baca juga: BPBD NTT fokus pemetaan dan pendataan ancaman kekeringan

Baca juga: Bali, NTT, dan NTB berisiko tinggi mengalami kekeringan

 

Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022