Meski hadir sebagai unggulan kedua, namun Dhinda harus meladeni lawan kuat yang merupakan wakil tuan rumah DKI Jakarta yaitu Nimas Amirah Ayu, yang berakhir dengan kemenangan dua gim langsung 21-17, 21-15.
"Dhinda bisa juara ya kejutan. Tapi kalau mengingat dia unggulan kedua, kami optimistis bisa menang. Kami menyadari bahwa lawan-lawannya di sini memang sulit, terutama dari Pulau Jawa yang tentunya mereka lebih siap. Tapi nyatanya tadi Dhinda bisa mengalahkan mereka," kata manajer tim PBSI Sumut Davis Efraim di Jakarta, Sabtu.
Baca juga: Kadek Dhinda satu-satunya wakil Sumut sabet gelar Piala Presiden 2022
Sebelum bertanding, tim berpesan kepada Dhinda untuk bermain santai dan tidak menjadikan penampilannya seorang diri di babak final Piala Presiden 2022 sebagai beban.
Tak lupa, timnya juga memberikan motivasi kepada wakilnya agar bisa tampil maksimal menghadapi lawan dari DKI Jakarta yang lebih diunggulkan.
"Yang pasti kami ingin dia main bebas saja, tidak perlu berpikir ingin menang. Tapi bagaimana dia bisa mengeluarkan permainan terbaik, setelah itu baru dia berpikir mampu atau tidak," ungkap Davis.
Pada turnamen yang berlangsung pada 1-6 Agustus di GOR Nanggala Cijantung, Jakarta Timur ini, Pengprov PBSI Sumut menurunkan sebanyak 18 atlet terbaiknya. Meski sudah berusaha maksimal, namun emas yang disumbangkan oleh Dhinda menjadi satu-satunya medali yang diboyong PBSI Sumut.
Kendati begitu, kemenangan yang dibukukan dari nomor tunggal putri remaja U-17 ini menjadi motivasi Pengprov PBSI Sumut untuk mendongkrak performa atlet di daerah asal.
Kemenangan Dhinda di nomor tunggal putri remaja U-17 tidak hanya menciptakan kebanggaan bagi Pengprov PBSI Sumut, tapi juga membuktikan kebolehan atlet daerah bersaing dengan wakil yang lebih kuat dari Pulau Jawa.
"Pastinya ini jadi motivasi bukan hanya buat saya, tapi untuk pelatih-pelatih lain di Sumut. Kalau kita bekerja setiap saat dan semangat berlatih, tentunya kita percaya pasti bisa," pungkasnya.
Baca juga: Ribka/Fadia dapat pengalaman berharga kontra legenda Owi/Butet
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2022