Cadangan beras nasional Juni 2022 9,71 juta ton

8 Agustus 2022 17:16 WIB
Cadangan beras nasional Juni 2022 9,71 juta ton
Dokumentasi. Pekerja menimbang sekarung beras hasil pembelian dari petani di gudang penyimpanan Perum Bulog Kanwil Aceh, Desa Siron, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Kamis (27/1/2022). ANTARA FOTO/Ampelsa/wsj. (ANTARA FOTO/AMPELSA)
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil survei cadangan beras nasional (SCBN) 2022 yang menunjukkan data cadangan beras hingga Juni 2022 mencapai 9,71 juta ton yang tersebar di berbagai tempat.

"Berdasarkan hasil survei, stok beras nasional periode 31 Maret 2022 mencapai 9,11 juta ton beras. Kemudian pada 30 April 2022 meningkat 10,15 juta ton dan stok pada bulan Juni 2022 menjadi 9,71 juta ton," kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Habibullah mengatakan, stok beras pada bulan Juni 2022 sebagian besar berada di institusi rumah tangga yang mencapai 6,6 juta ton, kemudian di pedagang 1,04 juta ton, pada gudang Bulog 1,11 juta ton, penggilingan 0,69 juta ton, dan di horeka (hotel, restoran, katering) maupun industri sebesar 0,28 juta ton.

"Secara umum, rata-rata stok beras di seluruh institusi cenderung mengalami peningkatan pada periode 30 April 2022 dibandingkan periode 31 Maret 2022," katanya.

Habibullah mengatakan rata-rata stok beras di rumah tangga produsen mencapai kurang lebih 390 kg hingga 443 kg per rumah tangga produsen, atau lebih tinggi jika dibandingkan rata-rata stok beras di rumah tangga konsumen yang hanya 9 hingga 10 kilogram per rumah tangga konsumen.

"Hasil SCBN 2022 telah mengkonfirmasi posisi surplus beras periode 2019 sampai dengan Juni 2022 dengan menggunakan KSA (Kerangka Sampel Area) BPS. Stok beras kita mencukupi dan akan terus bertambah seiring dengan adanya panen tiap bulan hingga akhir Desember 2022," katanya.

Habibullah mengatakan survei ini sekaligus menyamakan data lintas kementerian dan lembaga sehingga data stok beras nasional bisa digunakan sebagai pijakan dalam mengambil keputusan.

"Survei ini kami lakukan pada bulan Juni 2022 yang digelar di 34 Provinsi meliputi 490 kabupaten/kota dengan jumlah sampel 47.817 sampel yang terdiri dari 14.100 sampel rumah tangga dan 33.717 sampel non rumah tangga dengan melibatkan 1.900 orang petugas sebagai enumerator," katanya.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi mengatakan bahwa survei data ini menjadi penting untuk menentukan program penguatan produksi ke depan, terlebih di tengah ancaman krisis global.

"Saya dan jajaran dinas ditantang terus, di mana ada dua hal setelah 2019 sampai hari ini, tidak ada impor beras umum. Kemudian, produksi data BPS KSA selalu meningkat dari tahun ke tahun dan menunjukkan surplus. Tapi saya ditambah tugas lagi yang harus diwujudkan bareng-bareng yaitu produktivitas harus naik, bahkan supaya lebih tinggi lagi dari yang sekarang," katanya.

Suwandi berharap kolaborasi Kementan dan BPS dapat terus ditingkatkan agar data tersebut dimanfaatkan bagi semua pihak dalam rangka mengambil keputusan dan mempunyai gambaran yang utuh tentang kondisi perberasan nasional.

Produksi beras nasional pada tahun 2019 mencapai 31,31 juta ton, meningkat di tahun 2020 menjadi 31,36 juta ton dan di tahun 2021 sebesar 31,33 juta ton. Di sisi lain, ekspor pertanian dari tahun ke tahun juga mengalami kenaikan yang diikuti kenaikan NTP maupun NTUP.

Baca juga: Bapanas akan optimalkan peran Bulog cadangkan pangan selain beras
Baca juga: Buwas: Bulog siap serap gabah petani minimal 1,2 juta ton tahun ini
Baca juga: Bulog minta dukungan DPR, tagih piutang Rp1,279 triliun ke pemerintah

 

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022