Optimisme Bahlil berdasarkan masih adanya komitmen investasi untuk masuk pada 2023, demikian pula realisasi investasi yang berlanjut dari proyek yang sudah berjalan tahun ini.
"Insya Allah saya yakin bisa karena kita mempunyai beberapa data investasi yang berprospek untuk masuk ke Indonesia pada 2023. Di samping itu, sebagian investasi yang sudah jalan di 2022, tidak mungkin pabrik mereka akan disetop. Kan di 2022 ada yang baru selesai 50 persen, 60 persen, yang akan dilanjutkan ke 2023," katanya dalam konferensi pers daring di Jakarta, Senin.
Bahlil mengungkapkan, sebagaimana arahan Presiden Jokowi, Kementerian Investasi diminta agar tidak hanya mendorong investasi dengan teknologi tinggi tetapi juga teknologi yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan.
"Itu yang sekarang kita clear-kan. Jadi investasi naik, tapi lapangan pekerjaannya juga harus imbang," imbuhnya.
Lebih lanjut, Bahlil mengaku tidak sependapat terkait prospek ekonomi global yang dinilai akan suram pada tahun depan. Menurut dia, kondisi ekonomi global memang tidak menentu, namun hal itu tidak menjadi rujukan dalam pengelolaan ekonomi dunia atau semua negara.
"Saya kadang agak kurang sependapat, kalau diasumsikan bahwa ekonomi 2023 itu suram. Saya tidak bermaksud mengatakan begitu, tapi kondisi ekonomi global tidak menentu, iya, saya setuju. Dan sekarang ini tidak ada satu rujukan yang komprehensif untuk itu dijadikan referensi dalam pengelolaan ekonomi dunia atau negara masing-masing," katanya.
Hal itu lantaran kondisi yang terjadi saat ini, yaitu dampak perang, pandemi Covid-19 yang belum usai hingga inflasi global, merupakan situasi di luar kelaziman.
Menurut Bahlil, di tengah ketidakpastian global itu, investasi di Indonesia diyakininya masih akan bisa tumbuh.
Presiden Jokowi bahkan memberikan target realisasi investasi yang lebih tinggi pada 2023 mendatang. Padahal, target realisasi investasi tahun 2022 ini saja dipatok Rp1.200 triliun.
Bahlil menilai investasi yang digenjot pada 2023 mendatang merupakan cara untuk bisa menambal ruang pembiayaan yang menurun karena defisit APBN harus dijaga di bawah 3 persen.
"Untuk 2023, Bapak Presiden memberikan target lebih besar dari sekarang, Rp1.200 triliun lebih. Angkanya berapa nanti kami lagi exercise (bahas) karena di 2023 kita sudah mengurangi defisit yang tadinya di atas 3 persen, di 2023 defisitnya turun di bawah 3 persen. Kalau defisitnya turun, berarti ruang belanja pembiayaan menurun. Maka harus ada komponen yang bisa menambal, salah satunya investasi," kata Bahlil.
Baca juga: Presiden minta lakukan "stress test" APBN antisipasi ekonomi global
Baca juga: DPR: Ekonomi 2023 tumbuh 5 persen jika inflasi dikelola dengan baik
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022