"Proyeksinya BI akan menaikkan tingkat suku bunga acuan tidak terlalu agresif, masing-masing 25 basis poin yakni diperkirakan pada September dan pada kuartal IV 2022 yaitu pada Desember," kata Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji dalam diskusi dengan awak media di Jakarta, Selasa.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 20-21 Juli 2022 lalu memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 3,5 persen. Bank sentral juga turut mempertahankan suku bunga deposit facility sebesar 2,75 persen dan suku bunga lending facility di level 4,25 persen.
Keputusan tersebut dianggap konsisten dengan perkiraan inflasi inti yang masih terjaga di tengah risiko dampak perlambatan ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
"Sebelumnya BI juga telah menaikkan GWM, terakhir di bulan Juli kemarin. Agustus nanti masih tetap di level yang sama, terus lanjut September. Jadi artinya otomatis habis September nanti BI bisa menaikkan suku bunga acuan," ujar Nafan.
BI mempercepat normalisasi kebijakan likuiditas melalui kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah secara bertahap mulai 1 Juni 2022. Kewajiban minimum GWM rupiah untuk bank umum konvensional yang pada saat ini sebesar lima persen akan naik menjadi enam persen mulai 1 Juni 2022, 7,5 persen mulai 1 Juli 2022, dan sembilan persen mulai 1 September 2022.
Baca juga: Menko Airlangga ingin BI tidak tergesa naikan suku bunga
Sementara itu, kewajiban minimum GWM rupiah untuk bank umum Syariah dan unit usaha syariah yang pada saat ini sebesar empat persen akan naik menjadi 4,5 persen mulai 1 Juni 2022, enam persen mulai 1 Juli 2022, dan 7,5 persen mulai 1 September 2022.
"Sejauh ini juga kenapa BI masih menahan tingkat suku bunga acuan karena BI melihat kinerja USD IDR memang relatif stabil, sudah di bawah Rp15.000. Jadi kalau sekarang year to date, rupiah memang terdepresiasi 4,49 persen," kata Nafan.
Pada Selasa sore ini, rupiah saat ini berada di level Rp14.853 per dolar AS, menguat 23 poin atau 0,15 persen dibandingkan hari sebelumnya Rp14.876 per dolar AS.
"Sementara cadev kita memang masih relatif adequated, bisa dipakai sebagai amunisi untuk menstabilkan rupiah," ujar Nafan.
BI mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juli 2022 menurun menjadi 132,2 miliar dolar AS dari posisi akhir Juni 2022 sebesar 136,4 miliar dolar AS. Penurunan posisi cadangan devisa antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
Meski begitu, posisi cadangan devisa tetap tinggi karena setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
Baca juga: BI: Cadangan devisa RI turun jadi 132,2 miliar dolar pada Juli 2022
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022