Baca juga: Garis keturunan harimau punah teridentifikasi di China timur laut
"Halo, silakan menikmati buah segar, dan semoga hari Anda menyenangkan!" Di Howard Johnson Resort Sanya Bay, sebuah hotel bintang lima, para sukarelawan mengetuk pintu untuk mengantarkan buah-buahan kepada para penumpang bandara yang terdampar.
"Tidak ada yang menginginkan hal ini terjadi," kata Sun Jingjing dari Provinsi Henan. "Namun, yang terbaik adalah tetap tinggal dan mengikuti kebijakan karantina setempat. Kami berharap kami dapat segera kembali ke rumah."
Sun merupakan salah satu dari 3.000 lebih wisatawan yang terdampar karena penerbangan mereka dibatalkan di bawah manajemen statis akibat lonjakan COVID-19 yang terjadi baru-baru ini. Mereka kemudian diatur oleh otoritas setempat untuk tinggal sementara di 11 hotel selama sepekan di Sanya.
Zhu Ruoyu, manajer umum hotel tersebut, mengatakan bahwa para wisatawan datang untuk menikmati liburan, dan tidak ada yang ingin berurusan dengan realitas wabah ini. "Jadi kami berusaha untuk lebih perhatian dalam melayani dan menjawab pertanyaan mereka secara tepat waktu," kata Zhu.
Baca juga: Mengunjungi reruntuhan Shimao di Provinsi Shaanxi, China barat laut
Ini kali pertama bagi Anastasia Rochelle Naidoo, yang berasal dari Afrika Selatan, berkunjung ke Sanya.
"Saya rasa secara umum, terutama dengan hotel ini, segala sesuatu telah ditangani dengan cukup baik dan mereka sangat membantu. Jadi kami hanya mengikuti kebijakan yang ada," ujar Naidoo, seraya menambahkan bahwa pemerintah juga bergerak cepat.
Dari 1 hingga 8 Agustus, Sanya telah mencatat lebih dari 1.500 infeksi baru COVID-19.
Sebuah satuan tugas dibentuk untuk menyelesaikan isu-isu yang dihadapi oleh para wisatawan yang terdampar di kota itu, seperti pengembalian uang perjalanan. Kota tersebut juga telah meminta hotel-hotel untuk memberikan diskon 50 persen bagi para tamu yang terdampar. Wisatawan yang hasil tes asam nukleatnya tetap negatif selama tujuh hari dapat pergi setelah evaluasi lebih lanjut.
Investigasi epidemiologis dan analisis pengurutan gen menunjukkan bahwa wabah saat ini disebabkan oleh subvarian Omicron BA.5., menurut Jin Yuming, kepala ahli dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Hainan.
Subvarian Omicron BA.5 menjadi galur (strain) COVID-19 dominan di seluruh dunia dan menyebabkan infeksi klaster di China, menurut otoritas kesehatan China bulan lalu, demikian Xinhua dikutip Rabu.
Baca juga: China hapus tanda daerah berisiko COVID-19 pada pelaku perjalanan
Baca juga: Kemlu China keluarkan imbauan hindari bepergian ke luar negeri
Baca juga: Tidak hanya Indonesia, pelajar asing belum diizinkan masuk kelas
Pewarta: Xinhua
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022