• Beranda
  • Berita
  • Saham negara berkembang naik, setelah pertumbuhan inflasi AS melemah

Saham negara berkembang naik, setelah pertumbuhan inflasi AS melemah

11 Agustus 2022 16:06 WIB
Saham negara berkembang naik, setelah pertumbuhan inflasi AS melemah
Ilustrasi - Pejalan kaki mengenakan masker melintas di depan layar elektronik pergerakan saham di Asia. ANTARA/REUTERS/Issei Kato.
Pasar saham negara-negara berkembang mencapai level tertinggi enam minggu pada Kamis, setelah pertumbuhan inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan membuat pasar mengurangi taruhan tentang langkah pengetatan agresif Federal Reserve (Fed).

Mata uang negara berkembang juga menemukan beberapa dukungan, dengan Indeks MSCI memperpanjang kenaikan ke sesi ketiga berturut-turut.

Melemahkan dolar, data pada Rabu (10/8/2022) menunjukkan harga konsumen AS tidak berubah pada Juli karena penurunan tajam dalam biaya bensin. Pasar sekarang memperkirakan Fed untuk menaikkan dengan besaran yang lebih kecil setelah dua kali kenaikan 75 basis poin.

"Ketika Dana Fed akhirnya mencapai puncaknya, itu akan memberikan sedikit kelegaan bagi negara-negara emerging markets melalui berkurangnya tekanan ke atas pada dolar AS - terutama dengan dolar AS dinilai terlalu tinggi," kata Mike Gallagher, Direktur Penelitian Continuum Economics.

"Namun, harga komoditas global dan pertarungan inflasi domestik adalah masalah utama untuk kebijakan negara-negara berkembang besar. Dengan lebih banyak kelonggaran pasar tenaga kerja daripada AS, (bank sentral) negara berkembang besar dapat menavigasi jalur kenaikan suku bunga yang lebih bertahap."

Baca juga: IHSG berpeluang menguat hari ini, di tengah melandainya inflasi AS

Beberapa bank sentral pasar negara berkembang telah memulai siklus pengetatan agresif yang bertujuan untuk menjinakkan lonjakan inflasi di dunia pasca-pandemi yang berjuang dengan dampak perang Rusia-Ukraina. Siklus kenaikan suku bunga The Fed menambah kesengsaraan karena otoritas moneter berusaha menjaga mata uang mereka tetap menarik untuk carry trade.

Namun demikian, yuan China turun dari tertinggi empat minggu pada Kamis, tergelincir 0,2 persen karena penguncian baru akibat meningkatnya infeksi COVID-19 menambah kekhawatiran tentang keberlanjutan pemulihan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Tetapi saham-saham unggulan China dan Hong Kong melonjak 2,0 persen, memimpin kenaikan di seluruh pasar negara berkembang pada Kamis.

Di tempat lain, rand Afrika Selatan turun 0,3 persen, menjadi sekitar 16,21 terhadap dolar, setelah melonjak 2,7 persen dalam reli pengambilan risiko pada Rabu (10/8/2022).

Baca juga: Bursa saham negara berkembang stabil di tengah ketegangan geopolitik

Keuntungan dalam rand akan terbukti berumur pendek sampai diperdagangkan kembali di bawah level 16,20 per dolar, kata Shaun Murison, analis pasar senior dengan IG.

Untuk Hongaria dan Republik Ceko, dimulainya kembali aliran pipa minyak Rusia setelah penghentian enam hari semakin memperkuat sentimen. Forint Hongaria naik 0,4 persen, sedangkan koruna Ceko menguat 0,3 persen.

Di pasar utang Ukraina yang dilanda perang, kreditur luar negeri telah mendukung permintaan Kyiv untuk pembekuan pembayaran obligasi internasional hampir 20 miliar dolar AS selama dua tahun, sebuah pengajuan peraturan menunjukkan pada Rabu (10/8/2022), sebuah langkah yang akan menghindari gagal bayar yang berantakan.

Lira Turki turun 0,4 persen, beringsut lebih dekat ke posisi terendah sepanjang masa. Bank sentral Turki mengatakan pada Kamis bahwa defisit transaksi berjalan negara itu pada Juni menyempit menjadi 3,458 miliar dolar AS, sedikit lebih besar dari yang diperkirakan.

Baca juga: Presiden Turki desak penurunan harga setelah Lira "rebound"
Baca juga: Rupiah Kamis pagi menguat 54 poin
Baca juga: IHSG Kamis pagi dibuka naik 49,28 poin

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022