Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2022 sebesar 5,44 persen (yoy) menunjukkan pemulihan dalam negeri yang sangat impresif di tengah berbagai negara sedang tertekan.Di tengah cuaca dan suasana tidak baik ini perekonomian Indonesia kuartal II menunjukkan kinerja sangat impresif. Banyak negara di kuartal II mengalami koreksi ke bawah
“Di tengah cuaca dan suasana tidak baik ini perekonomian Indonesia kuartal II menunjukkan kinerja sangat impresif. Banyak negara di kuartal II mengalami koreksi ke bawah,” katanya dalam Konferensi Pers APBN KiTA yang diikuti Antara di Bandung, Kamis.
Sri Mulyani menjelaskan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022 mengalami tren perlambatan di sebagian besar negara bahkan Amerika Serikat mencatat kontraksi dalam dua kuartal berturut-turut pada tahun ini.
Sebagai contoh, Singapura tumbuh 4,8 persen, Italia 4,6 persen dari 6,2 persen pada kuartal I, Eropa 4 persen dari 5,4 persen kuartal I dan China hanya tumbuh 0,4 persen dari 4,8 persen pada kuartal I-2022.
Faktor perlambatan tersebut di antaranya karena adanya perang Ukraina dan krisis energi di Eropa, penurunan investasi di AS serta zero COVID policy serta krisis properti di Tiongkok.
“Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II menguat ditopang kinerja konsumsi dan ekspor,” ujarnya.
Konsumsi masyarakat yang tumbuh 5,5 persen (yoy) menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II terutama akibat aktivitas yang meningkat pesat di bulan Ramadhan dan Idul Fitri.
Tak hanya konsumsi rumah tangga, ekspor juga mendukung ekonomi karena mampu tumbuh tinggi mencapai 19,7 persen sejalan permintaan komoditas dan produk manufaktur unggulan nasional.
Investasi turut tumbuh positif sebesar 3,1 persen namun melambat dari 4,1 persen pada kuartal I-2022 karena tingginya harga barang input.
Di sisi lain, konsumsi pemerintah terkontraksi 5,2 persen mengingat menurunnya belanja penanganan pandemi karena pemulihan yang terus terakselerasi.
Untuk impor juga mendukung ekonomi karena tumbuh mencapai 12,3 persen karena ekspansi sektor manufaktur dan perdagangan terus stabil sejalan dengan perbaikan kapasitas produksi dan permintaan dalam negeri.
Sementara dalam konteks produk domestik bruto (PDB) riil, posisi Indonesia berada di level 7,1 persen yang menandakan sudah di atas dari pra pandemi COVID-19 pada 2019 sehingga menggambarkan pelemahan sudah diganti oleh pemulihan ekonomi yang kuat.
Posisi Indonesia itu lebih tinggi dibanding beberapa negara seperti Singapura 6,8 persen, Italia terkontraksi 0,2 persen, Eropa 1,4 persen, Meksiko minus 1,7 persen dan AS 4,2 persen.
Baca juga: Manulife perkirakan BI naikkan suku bunga mulai kuartal III 2022
Baca juga: Ekonom PermataBank optimistis ekonomi tumbuh 5,2 persen pada 2022
Baca juga: Presiden Jokowi perintahkan jaga defisit APBN 2023 di bawah 3 persen
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022