Universitas Pendidikan Indonesia bekerja sama dengan Chubu Gakuin University dan Chubu Gakuin University and College dalam pelatihan bermain angklung bagi penyandang disabilitas.
Kerja sama tersebut dituangkan dalam penandatanganan nota kesepahaman yang dilaksanakan di Kedutaan Besar RI di Tokyo, Jepang, Jumat.
Duta Besar RI untuk Jepang dan Federasi Mikronesia Heri Akhmadi menyambut baik kerja sama yang akan memperkuat hubungan Indonesia-Jepang itu.
“Saya ingin mendorong lagi di masa yang akan datang lebih banyak kerja sama universitas di bidang pendidikan,” katanya.
Menurut dia, kerja sama akademik di bidang sains, teknologi, teknik dan manajemen sangat penting, namun tidak menutup kemungkinan bahwa kerja sama di bidang seni dan kemanusiaan juga berperan secara signifikan.
Dalam kesempatan sama, Kepala Unit Pelayanan Terpadu Kebudayaan UPI Ayo Sunaryo menjelaskan bahwa kerja sama tersebut memfasilitasi pelatih angklung dari UPI untuk mengajar kepada mahasiswa di dua universitas tersebut yang nantinya akan mengajarkan kepada siswa-siswa penyandang disabilitas.
“Jadi, nanti angklung ini akan diajarkan kepada guru-guru yang nantinya ilmunya akan disampaikan ke anak-anak sekolah luar biasa (SLB) di Jepang sebagai metode untuk mengajarkan musik,” katanya.
Dia menuturkan angklung dipilih karena dinilai sebagai alat musik yang unik yang tidak bisa digantikan oleh alat musik lainnya.
“Menurut mereka, musik angklung tidak terwakili oleh musik-musik tradisional Jepang yang bisa dijadikan bahan materi anak-anak SLB,” katanya.
Saat ini, dia menyebutkan sudah ada satu pengajar dari UPI yang mengajar di dua universitas tersebut selama satu bulan dan dimungkinkan juga untuk mendatangkan lebih banyak pelatih.
Kerja sama tersebut juga meliputi pertukaran dosen dan mahasiswa, publikasi karya ilmiah, kegiatan seni budaya dan lainnya yang akan dituangkan lebih spesifik dalam memorandum of agreement (MoA).
Ayo berharap dengan adanya kerja sama ini, angklung lebih dikenal di Jepang sebagai salah satu warisan budaya yang diakui oleh UNSECO serta membuka untuk kerja sama lainnya, terutama di bidang pendidikan dan kebudayaan.
“Kita berbangga kebudayaan Indonesia sampai di negeri Jepang dan bisa sampai di anak-anak Jepang, bukan hanya anak-anak tapi guru-guru dan mahasiswa,” katanya.
Sementara itu, Presiden Chubu Gakuin University and College Katagiri Fumie mengatakan angklung dipilih karena kemudahannya yang bisa dimainkan oleh siapa saja.
“Angklung ini alat musik untuk semua orang. Tidak perlu memerlukan tenaga yang lebih untuk memainkannya karena digerakkan sedikit sudah bunyi, jadi ini memungkinkan untuk dimainkan oleh semua orang, termasuk penyandang disabilitas,” katanya.
Dia menambahkan pihaknya memiliki misi untuk menciptakan kebahagiaan bagi civitas akademika kampus tersebut dengan memainkan musik angklung.
Baca juga: Dubes RI ikut Parade Budaya Indonesia di festival pelabuhan di Jepang
Baca juga: KBRI Tokyo dorong peningkatan ekspor produk UMKM Indonesia ke Jepang
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022