"Imunisasi sangat penting untuk memberikan perlindungan atau proteksi pada anak," katanya ketika dihubungi ANTARA dari Jakarta, Jumat.
Anggota Satgas Imunisasi Anak PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu mengatakan pada saat ini banyak penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada bayi atau balita.
"Jika imunisasinya tidak lengkap maka berisiko sakit berat, cacat atau bahkan meninggal dunia," katanya.
Baca juga: Kemenkes: BIAN 2022 kejar imunisasi yang tertinggal saat pandemi
Oleh karena itu, kata dia, agar imunisasi anak segera lengkap, orang tua bisa memanfaatkan momentum BIAN 2022.
"Orang tua bisa datang ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan imunisasi seperti campak rubella, polio, DPT-HB-Hib, dan PCV," katanya.
Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu menambahkan, imunisasi tersebut aman dan sudah dilakukan di banyak negara.
"Setelah imunisasi kadang ada sedikit kemerahan, nyeri atau bengkak di bekas lokasi suntikan, itu adalah reaksi wajar dan akan hilang dalam beberapa hari," katanya.
Jika anak mengalami demam atau rewel, kata dia, bisa diberikan obat penurun panas atau penghilang nyeri.
"Bila anak makin rewel, demam tinggi atau keluhan lain segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat namun ini sangat jarang terjadi," katanya.
Baca juga: Menkes ajak orang tua berikan imunisasi anak cegah penyakit
Sebelumnya, Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan pandemi COVID-19 yang mewabah di seluruh dunia termasuk Indonesia telah membuat cakupan imunisasi dasar pada anak bangsa sangat berkurang.
Pandemi telah menunda kinerja pemerintah mendistribusikan vaksin pada masyarakat, akibat adanya pembatasan berupa jaga jarak dan menjauhi kerumunan. Berdasarkan data Kemenkes dalam laman resminya, ada sekitar lebih dari 1,7 juta bayi di Indonesia yang belum mendapatkan imunisasi dasar selama periode 2019-2021.
Dengan diselenggarakannya BIAN 2022 diharapkan dapat mengejar target imunisasi dasar anak yang telah ditetapkan. BIAN sedang dijalankan dengan dibagi menjadi dua tahap. Tahap I dilakukan pada bulan Mei, dan difokuskan pada luar Pulau Jawa, dan tahap II pada bulan Agustus, layanan difokuskan pada Pulau Jawa-Bali.
Baca juga: IDAI: Campak, rubella, dan difteri masih jadi ancaman
Pada imunisasi dasar, Syahril mengatakan pemerintah mengejar cakupan pemberian vaksin seperti campak rubella yang menyasar usia sembilan sampai 59 bulan dan imunisasi kejar pada anak usia 12 sampai 59 bulan yang tidak lengkap seperti imunisasi OPV, IPV, dan DPT-HB-Hib.
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022