"Apa upaya Indonesia dalam menghadapi isu pangan global? Saya bisa menyampaikan bahwa Indonesia siap menghadapi hal tersebut," ujar Budi dalam dalam webinar Forum Merdeka Barat 9 yang dipantau di Jakarta, Jumat.
Hal ini dikarenakan Bulog meyakini dengan kondisi pangan nasional yang cukup, terutama beras sebagai konsumsi utama pangan terbesar di Indonesia.
Masalah pangan adalah masalah yang harus ditangani dan disediakan saat ini, katanya, sehingga keterkaitan dengan stok beras cukup untuk menghadapi potensi kenaikan harga pangan global.
Sedangkan produk pangan lainnya seperti jagung juga dalam kondisi stok yang siap, dimana jagung akan dikonsumsi untuk kebutuhan pakan ternak.
Baca juga: Bulog sebut Indonesia berpeluang lakukan ekspor jagung
"Saya ingin menyampaikan bahwa Indonesia sekarang juga berada dalam pusaran potensi kenaikan harga pangan dunia. Namun, Insya Allah dengan kondisi produksi yang memiliki potensi kestabilan, pada waktu paling tidak tahun depan dan tahun berikutnya, saya pikir hal ini tidak terlalu mengkhawatirkan," kata Budi.
Dalam kesempatan sama Ketua Dewan Pakar DPP Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Agus Pakpahan mengatakan semua pihak harus bisa mengambil manfaat dari keunikan Indonesia.
"Dalam ideologi, Indonesia memiliki keunikan yakni Pancasila yang mempersatukan Indonesia. Dalam sektor pangan, harusnya kita memanfaatkan keunikan yang ada di Indonesia yakni kondisi tropis, keanekaragaman hayati, budaya, dan kondisi geografis sebagai negara kepulauan," kata Agus.
Oleh karena itu kebijakan publik yang ada, baik itu untuk produsen maupun konsumen, harus bisa menjadi pembelajaran dalam konsumsi pangan berdasarkan keunikan yang dimiliki Indonesia khususnya keanekaragaman hayati.
Baca juga: Bukti ketahanan pangan, Presiden sebut stok beras 10,2 juta ton
Baca juga: Pemerintah genjot produksi pangan lokal, subtitusi komoditas impor
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022