• Beranda
  • Berita
  • Ahli: Olahraga bukan penyebab seseorang alami serangan jantung

Ahli: Olahraga bukan penyebab seseorang alami serangan jantung

20 Agustus 2022 14:13 WIB
Ahli: Olahraga bukan penyebab seseorang alami serangan jantung
Olahraga bersepeda (ANTARA/freepik.com)

Saya bilang memang anda olahraganya apa selama ini?

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Dr. Vito A. Damay, SpJP(K), M.Kes., AIFO-K, FIHA, FICA, FAsCC menegaskan bahwa olahraga bukan penyebab seseorang mengalami serangan jantung.

“Orang tuh kadang ada yang bilang gini, ‘Saya takut dok olahraga terlalu keras. Nanti jadi serangan jantung’. Saya bilang memang anda olahraganya apa selama ini?,” kata Vito saat jumpa pers virtual bersama Yayasan Jantung Indonesia, Sabtu.

Sebagian orang, kata Vito, berolahraga jalan pagi, itu pun jarang-jarang dilakukan dan mereka takut berolahraga berintesitas lebih karena takut serangan jantung. "Jantung kita tuh kuat banget," katanya.

Baca juga: Dokter: Nyeri dada sebelah kiri salah satu gejala serangan jantung

Jadi, menurut Vito, jantung sesungguhnya memiliki kemampuan yang kuat. Namun, yang membuat seseorang mengalami collapse saat bersepeda misalnya, adalah karena mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya sudah ada masalah pada jantung mereka sebelumnya.

“Kita mau olahraga kayak apa sih, sebenarnya batasannya jauh sekali. Tapi kenapa ada orang collapse tiba-tiba karena bersepeda? Satu karena dia nggak tahu bahwa dia punya masalah jantung sebelumnya,” jelas Vito.

Yang kedua, orang yang mengalami serangan itu tidak pernah check-up sebelumnya. Sehingga, dia tidak tahu jantungnya, "mesinnya", sudah tinggal satu dan sebagainya, sehingga akhirnya dia collapse di tengah jalan. "Bukan karena terlalu keras berolahraga,” tambahnya.

Vito mengatakan, jika seseorang melatih kemampuan jantungnya, maka hal tersebut dapat memaksimalkan kinerja jantung. Oleh sebab itu, masyarakat tak perlu takut untuk berolahraga dan melatih jantungnya.

Baca juga: Obesitas tingkatkan risiko meninggal akibat serangan jantung

“Kalau heart rate-nya kita latih, yang dibilang heart rate jantung yang sehat itu adalah memang 70 persen dari maksimal heart rate itu benefitnya, artinya manfaatnya buat jantung sangat tinggi,” ujar Vito.

"Boleh nggak sih lebih dari itu? Boleh kalau misalnya anda seorang atlet dan anda seorang yang terlatih. Tapi cara latihannya nggak hari ini beli sepeda, besok jadi anggota klub sepeda terus langsung mau sepedaan sampai 70 km,” lanjutnya.

Namun, Vito menganjurkan masyarakat agar melatih jantungnya dengan cara yang benar. Sehingga, hal-hal yang tidak diinginkan pun bisa dihindari.

“Jadi caranya yang kurang benar, caranya yang tidak tepat itu yang mengakibatkan terjadi hal yang tidak diinginkan,” tutupnya.

Baca juga: Serangan jantung bisa diselamatkan

Baca juga: Pentingnya "golden period" penanganan pasien serangan jantung

Baca juga: Hubungan antara stres dan serangan jantung

Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022