Kementerian Pertahanan Rusia menuduh Ukraina meracuni beberapa prajuritnya di bagian yang dikuasai Rusia di wilayah tenggara Ukraina, Zaporizhzhia, pada akhir Juli.Departemen (kementerian pertahanan Rusia) tidak mengklarifikasi apakah keracunan itu mungkin disebabkan oleh daging kaleng yang kedaluwarsa, di mana toksin botulinum sering ditemukan.
Kementerian itu mengatakan sejumlah prajurit Rusia telah dibawa ke rumah sakit militer dengan tanda-tanda keracunan serius pada 31 Juli 2022. Tes menunjukkan zat beracun, toksin botulinum tipe B, ditemukan dalam tubuh mereka.
"Mengenai fakta terorisme kimia yang disetujui oleh rezim (Presiden Ukraina Volodymyr) Zelenskiyy, Rusia sedang mempersiapkan bukti pendukung dengan hasil semua analisis," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Tidak disebutkan berapa banyak prajurit yang menderita atau bagaimana kondisi mereka sekarang. Tidak disebutkan juga apa "bukti pendukung" yang dimaksud.
Baca juga: Zelenskyy desak PBB pastikan keamanan pembangkit nuklir Zaporizhzhia
Toksin botulinum tipe B adalah racun saraf yang dapat menimbulkan keracunan serius ketika tertelan dalam produk makanan yang sebelumnya terkontaminasi, tetapi juga dapat digunakan secara medis.
Menanggapi tuduhan Rusia, penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina Anton Gerashchenko mengatakan bahwa dugaan keracunan itu mungkin disebabkan oleh pasukan Rusia yang memakan daging kaleng yang kedaluwarsa.
"Departemen (kementerian pertahanan Rusia) tidak mengklarifikasi apakah keracunan itu mungkin disebabkan oleh daging kaleng yang kedaluwarsa, di mana toksin botulinum sering ditemukan. Ransum yang terlambat telah banyak dikeluhkan oleh pasukan pendudukan sejak hari-hari pertama invasi ke Ukraina,” kata dia.
Rusia melancarkan apa yang disebut sebagai "operasi militer khusus" ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
Operasi itu bertujuan untuk demiliterisasi Ukraina dan melindungi penutur bahasa Rusia atas apa yang disebut Presiden Vladimir Putin sebagai tanah bersejarah Rusia.
Sementara Ukraina dan negara-negara Barat melihat tindakan tersebut sebagai perang penaklukan tak beralasan yang bertujuan menghapus identitas nasional Ukraina.
Sumber: Reuters
Baca juga: Sekjen PBB serukan dukungan untuk akhiri krisis pangan
Baca juga: Putin dan Macron bahas situasi di Ukraina via sambungan telepon
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022