Berdasarkan salinan berkas pengadilan, dikutip dari laporan Reuters pada Senin (22/8) , Musk meminta informasi kepada Jack Dorsey soal jumlah akun sampah dan bot sekaligus salinan dokumen rencana pembelian perusahaan oleh Musk pada April yang lalu.
Dorsey mundur dari jabatannya sebagai CEO Twitter pada November tahun lalu, dia juga mundur sebagai dewan Twitter per Mei. Dia saat ini menjadi CEO Block Inc dan belum berkomentar soal isu ini.
Twitter tidak berkomentar atas isu ini.
Dorsey sebelumnya mendukung Musk membeli Twitter, mereka sama-sama mendukung transparansi algoritma platform tersebut dan bahwa pengguna harus memiliki lebih banyak kontrol tentang apa yang mereka lihat.
Dia juga pernah menyatakan Twitter tidak berkembang karena tertahan oleh model bisnis iklan. Sementara Musk, dia berpendapat Twitter sebaiknya mengandalkan layanan berlangganan dan yang lainnya, misalnya transfer uang.
Pada Maret, mereka berdua berdiskusi soal Elon Musk masuk ke jajaran dewan Twitter. Tidak lama setelah diskusi itu, Musk mengungkapkan dia memiliki saham di Twitter sebesar 9,1 persen.
Dia sempat masuk ke dewan Twitter, namun, sebelum bekerja, dia berubah pikiran ingin membeli Twitter.
Penawaran untuk membeli Twitter berlangsung sejak dia mengumumkan niatnya pada April. Tapi, pada Juli, Musk kembali berubah pikiran dan tidak ingin meneruskan kesepakatan bisnis tersebut.
Dia beralasan Twitter tidak mau mengungkapkan informasi tentang jumlah akun sampah (spam) dan bot di platform mikroblog tersebut.
Sejak itu, Twitter dan Musk saling menuntut di pengadilan.
Baca juga: Elon Musk gali informasi pihak ketiga soal akun bot Twitter
Baca juga: Musk ingin interogasi karyawan Twitter soal akun bot
Baca juga: Twitter umumkan perbaiki masalah akses setelah terima ribuan keluhan
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022