"Insiden Long COVID-19 Syndrome di Pandeglang berkisar 10-35 persen. Angka yang cukup tinggi," kata Ketua Pelaksana Lapangan FKUI Dr. Edward Faisal melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan Pandeglang dipilih sebagai lokasi program Pengabdian Masyarakat FKUI sebab angka kejadian COVID-19 yang termasuk cukup tinggi.
Berdasarkan sumber data Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang per 14 Februari 2022, kasus konfirmasi sebanyak 6.769 orang, 6.004 orang sembuh, 506 orang dirawat, dan 259 orang meninggal.
Baca juga: FKUI: Selain COVID-19 banyak penyakit harus diwaspadai masyarakat
Kegiatan itu dilaksanakan pada Agustus 2022 di Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Zainabiyah, Kelurahan Kertasana, Kecamatan Pagelaran, Pandeglang serta diikuti sekitar 50 peserta dari kalangan siswa, orang tua, guru madrasah, serta aparatur desa.
Penyuluhan manajemen gangguan Psikosomatik Long COVID-19 melibatkan sejumlah pakar, di antaranya Dr. dr. Hamzah Shatri selaku Ketua Divisi Psikosomatik dan Paliatif, Departemen/KSM Ilmu Penyakit Dalam FK UI/RSCM.
Hamzah mengatakan gangguan psikosomatik digambarkan sebagai entitas klinis yang kali pertama ditemukan pada musim semi 2020, ketika pasien COVID-19 masih memiliki gejala setelah beberapa pekan infeksi akut.
Baca juga: FKUI-Doctorshare kerja sama berikan layanan kesehatan di Wakatobi
Sindrom tersebut didefinisikan sebagai sekumpulan gejala fisik, kognitif, atau psikologis yang persisten selama lebih dari 12 pekan setelah infeksi akut, dan tidak bisa dijelaskan dengan diagnosis alternatif yang lain.
"Sindrom ini sangat erat kaitannya dengan gangguan psikosomatik. Kelelahan adalah gejala yang paling sering ditemukan," katanya.
Di antara gangguan psikosomatik yang paling sering dijumpai adalah gangguan cemas, depresi, serangan panik, dan gangguan tidur.
Kelelahan yang bertahan hingga 3 bulan pascainfeksi, kata Hamzah, berkaitan dengan depresi sedang hingga berat.
Baca juga: FKUI-RSCM: COVID-19 Omicron berhubungan dengan gangguan psikosomatic
Ia mengatakan, gangguan psikosomatik bisa dicegah dengan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung triptofan seperti daging ayam, ikan salmon, dan kedelai.
Sumber makanan lain yang juga bisa dijadikan alternatif pemulihan adalah yang mengandung polifenol, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan rempah-rempah.
"Selain itu, juga dijelaskan mengenai pentingnya membatasi jumlah konsumsi garam, gula, dan lemak serta mencukupkan konsumsi serat dan air," katanya.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022