PLTN tersebut "benar-benar berhenti" setelah koneksi di unit pembangkit nomor 6 diputus dari jaringan listrik utama pada pukul 03.41 waktu setempat (07.41 WIB), kata Energoatom dalam pernyataannya.
Persiapan pendinginan sedang dilakukan, menurut pernyataan itu.
Pemerintah Ukraina pada Rabu (7/9) meminta penduduk di sekitar PLTN terbesar di Eropa itu untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Rusia dan Ukraina saling menyalahkan atas penembakan roket di sekitar pembangkit tersebut, yang memicu kekhawatiran pada bencana nuklir.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah menyerukan agar kawasan di sekitar PLTN itu dibebaskan dari keberadaan militer (demiliterisasi).
Energoatom pada Sabtu (10/9) mengatakan pihaknya memulihkan kapasitas operasional jalur komunikasi ke sistem listrik, yang disebut mengalami kerusakan akibat serangan roket Rusia.
Pemulihan itu memungkinkan PLTN tersebut mendapat setrum dari jaringan listrik Ukraina.
"Oleh karena itu, keputusan diambil untuk mematikan unit pembangkit No. 6 dan memindahkannya ke status paling aman: mati dalam keadaan dingin," kata Energoatom.
Perusahaan itu mengatakan risiko kerusakan lebih lanjut di jaringan tersebut "tetap tinggi", yang akan membuat PLTN terpaksa "ditenagai oleh generator diesel, yang durasinya dibatasi oleh sumber daya teknologi dan ketersediaan solar."
Sumber: Reuters
Baca juga: Aliran terputus, PLTN Zaporizhzhia Ukraina belum bisa pasok listrik
Baca juga: Rusia gagalkan upaya Ukraina untuk merebut PLTN Zaporizhzhia
Kapal pertama yang angkut gandum Ukraina tiba di Djibouti
Pewarta: Anton Santoso
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022