• Beranda
  • Berita
  • Akademisi ingatkan bahaya BPA pada air minum kemasan bagi manusia

Akademisi ingatkan bahaya BPA pada air minum kemasan bagi manusia

12 September 2022 15:07 WIB
Akademisi ingatkan bahaya BPA pada air minum kemasan bagi manusia
Kepala BPOM Medan, Martin Suhendri, Apt M Farm (kiri) berfoto bersama dengan sebagian nara sumber di Acara Sarasehan Upaya Perlindungan Kesehatan Masyarakat Melalui Regulasi Pelabelan BISFENOL A (BPA) Pada AMDK yang digelar USU - BPOM Medan di Medan, Senin. ANTARA/Evalisa Siregar.
Akademisi mengingatkan bahaya Bisfenol A (BPA), senyawa kimia berbahaya yang digunakan sebagai salah satu bahan produksi plastik Polikarbonat pada galon Air Minum dalam Kemasan (AMDK) yang bisa menimbulkan gangguan fungsi hormon dan organ manusia.

"Para peneliti dan pakar internasional mengingatkan bahwa resiko kesehatan yang ditimbulkan paparan BPA cukup banyak, sehingga perlu keseriusan mengatasinya,"ujar pembicara dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU), Dr Ir Evi Mutia M. Kes, dalam Sarasehan Upaya Perlindungan Kesehatan Masyarakat Melalui Regulasi Pelabelan BISFENOL A (BPA) pada AMDK yang digelar USU bersama Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Medan di Medan, Senin.

Baca juga: BPOM diminta segera terapkan pelabelan BPA kemasan AMDK

Acara yang dibuka Wakil Rektor III Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Kerja Sama USU, Dr Poppy Anjelisa Zaitun Hasibuan, M Si.Apt itu dihadiri berbagai kalangan, termasuk pengusaha produsen AMDK.

Dalam paparannya mengenai "Ada Apa dengan BPA", Evi Mutia mengatakan tidak terbantahkan lagi bahwa BPA bisa mengganggu sistem reproduksi, baik pria maupun wanita, mempengaruhi fertilitas dan beresiko terhadap kanker prostat pada pria.

Hingga membuat penurunan libido, sulit ejakulasi, diabetes, gangguan ginjal, kanker payudara hingga perkembangan kesehatan mental Autism Spectrum Disorder.

Faktor yang mempengaruhi migrasi BPA dari kemasan pangan, mulai dari proses pencucian yang tidak tepat, seperti penggunaan air pada suhu tinggi di atas 75 Celcius. Selain itu, terdapat residu detergen dari pembersihan yang mengakibatkan goresan.

Dia menyebutkan potensi risiko migrasi BPA ke dalam AMDK galon itu justru lebih besar selama proses perjalanan atau transportasi secara terbuka dan terpapar panas sinar matahari mulai dari pabrik sampai ke lokasi penjualan, termasuk penyimpanan tidak tepat seperti terkena paparan sinar matahari langsung.

Baca juga: Produsen AMDK diminta dukung regulasi BPOM terkait labelisasi galon

"Begitu bahayanya BPA, seharusnya mendapat perhatian besar dari semua pihak, khususnya produsen AMDK yang harusnya punya kesadaran dan tanggung jawab kepada konsumen," katanya.

BPOM harus membuat regulasi mengatasi ancaman bahaya dari BPA ini, mulai dari kewajiban mencantumkan informasi pada kemasan sampai pada pengawasan yang ketat di pasaran.

Kepala Ombudsman Sumut Abyadi Siregar mengapresiasi acara sarasehan tersebut.

Sarasehan menunjukkan bahwa BPOM Medan telah menjalankan fungsinya dengan benar dan baik, yakni telah memberi informasi kepada publik.

"Tapi, tugas BPOM bukan hanya sampai di sini ( membuka/memberi informasi), tetapi juga harus mengawasi produk AMDK, karena produsen harusnya punya tanggung jawab mengendalikan untuk menekan seluruh potensi risiko yang ada pada produk yang mereka pasarkan," ujarnya.

Baca juga: Kalangan akademisi ungkap bahaya BPA pada kemasan air minum

Baca juga: Pakar: Pelabelan BPA buat pasar AMDK galon lebih sehat


Pengurus YLKI Sumut Asman Siagian juga mengapresiasi acara yang digelar oleh USU dan BPOM Medan, dan merekomendasikan mengambil langkah -langkah penting mengatasi masalah ancaman BPA dalam AMDK.

Mulai dari kebijakan mewajibkan produsen dalam pelabelan BPA di produk AMDK-nya hingga penindakan bagi pelanggar aturan.

Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022