• Beranda
  • Berita
  • Dinkes: 411 anak di Kota Sabang-Aceh masih alami stunting

Dinkes: 411 anak di Kota Sabang-Aceh masih alami stunting

14 September 2022 17:33 WIB
Dinkes: 411 anak di Kota Sabang-Aceh masih alami stunting
Kepala Kejaksaan Negeri Sabang Choirun Parapat (kiri) dan Ketua IAD Sabang Cherdina C Parapat (kanan) saat kegiatan Adhyaksa Peduli Stunting di Posyandu Cempala, Desa Balohan, Kota Sabang, Rabu (14/9/2022). (FOTO ANTARA/HO-Pemkot Sabang)

Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 menyatakan prevalensi stunting di Aceh berada pada urutan tiga tertinggi secara nasional, dengan angka 33,2 persen atau di atas rata-rata angka nasional yakni 24,4 persen

Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana Kota Sabang, Provinsi Aceh menyatakan bahwa sebanyak 411 anak di daerah Pulau Weh itu yang mengalami kekerdilan atau stunting, sehingga masih perlu kerja sama dari lintas sektor untuk terus menekan angka stunting.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Sabang Edi Suharto, Rabu, di Sabang mengatakan kegiatan Adhyaksa Peduli Stunting yang dilakukan Kejaksaan Negeri Sabang dan Ikatan Adhyaksa Dharmakarini (IAD) merupakan bentuk kepedulian bersama dalam menekan prevalensi stunting di Aceh.

"Untuk itu, kami mengucapkan apresiasi atas kepedulian Kejaksaan Negeri Sabang yang ikut berpartisipasi membantu pencegahan stunting di Kota Sabang melalui kegiatan ini," kata Edi di Kota Sabang.

Ia merujuk Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 menyatakan prevalensi stunting di Aceh berada pada urutan tiga tertinggi secara nasional, dengan angka 33,2 persen atau di atas rata-rata angka nasional yakni 24,4 persen.

Enam daerah zona merah di Aceh, dengan prevalensi stunting tinggi seperti Kabupaten Gayo Lues sebesar 42,9 persen, Subulussalam 41,8 persen, Bener Meriah 40 persen, Pidie 39,3 persen, dan Aceh Utara 38,8 persen dan Aceh Timur 38,2 persen.

Edi Suharto menjelaskan stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.

Ia mengatakan kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan pada masa awal setelah bayi lahir, akan tetapi kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia dua tahun.

Sebanyak 411 anak yang mengalami stunting di Sabang itu, kata Edi Suharto, merupakan data per Agustus 2022. Anak-anak tersebut tersebar di tiga kecamatan. Angka ini juga menempati posisi Sabang sebagai daerah keempat terendah stunting di Aceh.

Sementara itu, Kepala Kejaksaan Negeri Sabang Choirun Parapat mengatakan kegiatan itu merupakan bentuk dukungan mereka terhadap program penanganan stunting di Aceh yang secara masif sudah terlaksana.

Acara Adhyaksa Peduli Stunting berlangsung di Posyandu Cempala, Gampong Balohan, Kota Sabang. Pihaknya memberikan layanan obat-obatan kepada balita di Posyandu, penimbangan dan pengukuran berat badan anak, pemeriksaan kehamilan, pemberian imunisasi, dan edukasi Yankestrad.

"Ini bentuk kepedulian kami bersama IAD Sabang untuk turut berpartisipasi mencegah dan membantu penanganan masalah stunting di Kota Sabang," demikian Choirun Parapat.

Baca juga: Unicef sebut penanganan stunting di Sabang jadi percontohan

Baca juga: Program Geunaseh turunkan stunting jadi 11,2 persen di Sabang

Baca juga: Pemko Sabang lawan angka stunting melalui dana Geunaseh

Pewarta: Khalis Surry
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022